Anak yang tidak mendapatkan asupan nutrisi seimbang berisiko mengalami gangguan perkembangan otak yang berdampak pada pembentukan karakternya.
“Kandungan nutrisi pada makanan memang bisa berpengaruh pada perkembangan karakter anak. Namun tidak menjadi faktor tungal, karena masih ada penanaman moral, etika, dan nilai-nilai sosial lainnya,” ujar guru besar ekologi manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Hardinsyah, kepada Kompas Health.
Meski begitu, menurut Hardinsyah, sampai saat ini belum ada riset yang fokus pada pembentukan karakter berdasarkan asupan yang dikonsumsi. Jika ada, riset tersebut dilakukan di luar negeri bukan di Indonesia yang memiliki pola makan berbeda.
Hardinsyah mencontohkan studi dari US Food and Drug Administration (FDA) tentang penggunaan pewarna buatan pada pangan anak. Dalam riset ini, FDA membenarkan adanya pengaruh pewarna buatan pada tingkah laku anak. Riset juga membuktikan adanya intoleransi atau alergi pada zat tertentu. Intoleransi adalah keadaan yang menurun akibat konsumsi zat tertentu dalam jumlah banyak.
Namun, riset juga menemukan bahwa reaksi tersebut berbeda pada tiap anak. Hal ini berarti tidak semua anak menunjukkan perubahan tingkah laku akibat konsumsi bahan aditif pada makanan. Bahan tersebut juga dikatakan tidak mampu merusak jaringan saraf (neurotoxic), kecuali pada anak tertentu.
Berdasarkan riset tersebut, FDA menyarankan pemerintah Amerika Serikat menuliskan semua bahan tambahan yang digunakan pada produk pangan. Bahan tersebut harus tertulis pada kemasan pangan sehingga memudahkan konsumen untuk membacanya. Label juga harus menjelaskan sifat tiap bahan tambahan dan anjuran untuk tidak mengonsumsinya apalagi jika anak menunjukkan tanda alergi atau intoleransi.
“Memang benar konsumsi gula, garam, lemak berlebih tidak baik untuk perkembangan otak dan tingkah laku anak, namun, hal tersebut tidak berlaku sama. Bagaimana pun hubungan makanan dan pembantukan karakter sangat kompleks,” kata Hardinsyah.
Namun demikian, orangtua harus tetap memastikan anak mengonsumsi cukup sayur, buah, dan berbagai sumber nutrisi lainnya. Anak tidak boleh mengonsumsi pangan dengan tambahan zat aditif buatan, untuk menghindari adanya reaksi yang merugikan.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR