Sepintas tidak ada yang berbeda antara martabak kubang dengan martabak telor pada umumnya. Akan tetapi keistimewaan mulai terasa begitu potongan pertama masuk mulut.
Gurihnya adonan martabak kaya rempah ditimpali dengan daging sapi yang telah dicincang memenuhi rongga mulut kita dengan sensasi yang melenakan. Sensasi itu belumlah usai, guyur atau celupkan potongan martabak dengan kuah yang tersedia.
Kuah cuka dengan potongan tomat, bawang bombay dan irisan cabe rawit di dalamnya itu membuat indera pengecap kita mendapatkan sensasi manis, asin, asam dan segar dengan sedikit cubitan pedas yang melengkapi gurihnya potongan martabak kubang ini.
Ya, pengalaman kuliner ini bisa didapatkan di Martabak Kubang HAYUDA dan cukup ditebus dengan harga Rp18.000.
Buka dari siang sampai jam satu malam, penggorengan di Martabak Hayuda ini tidak pernah kosong. Selalu penuh terisi dengan pesanan yang terus mengalir.
Mengintip sebuah thesis mahasiswa di Universitas Andalas ternyata HAYUDA merupakan singkatan dari Haji Yusri Darwis, sang pelopor usaha Martabak Kubang ini. Kubang sendiri adalah nama sebuah desa kecil di Kecamatan Guguk, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, tempat kelahiran Yusri Darwis.
Sejak tahun 1971, Haji Yusri Darwis telah merintis usaha martabak ini. Berawal di kaki lima hingga berubah menjadi restoran dengan banyak cabang di beberapa kota termasuk Jakarta seperti sekarang. Suksesnya membuat orang banyak meniru nama martabak kubang yang diperkenalkannya, sehingga akhirnya nama "Martabak Kubang" dipatenkan sejak tahun 1999, agar orang tidak salah lagi memilih.
Saat ini Martabak Kubang Hayuda telah memiliki lima cabang di luar Padang yaitu di Jakarta, Depok, Serpong, dan Bogor. Jadi, kalau ke Padang, jangan sampai lewatkan untuk mencicipi Martabak Kubang HAYUDA di tempat aslinya, yakni di Jl. Prof M. Yamin SH No. 138B. (banyumurti.net)
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR