Tegal tidak hanya terkenal dengan wartegnya. Kota di pesisir utara Jawa ini juga punya nasi bogana yang tak kalah kondang. Makanan ini kombinasi antara nasi gurih, ayam kari suwir, oseng-oseng kacang panjang, telur pindang, srundeng sapi, sambal goreng hati-ampela, dan irisan tahu-tempe bacem. Akan terasa lebih nikmat disantap jika ditambah sambal bawang.
Nasi gurihnya tidak terlalu gurih. Rasanya cukupan dan tidak bikin perut enek. Disajikan dalam bungkusan daun pisang, porsinya terasa pas. Tidak mengenyangkan, tapi juga tidak perlu tambah (nasi). Untuk menikmati kelezatan nasi ini tak mesti jauh-jauh pergi ke Tegal. Kunjungi saja Koko Bogana di Jakarta. Itu bukan warteg (warung tegal), tapi juga bukan restoran besar. Suasana rumah makan ini terkesan seperti rumah biasa yang asri.
"Memang kami sengaja menciptakan suasana restoran ini seperti di rumah. Membikin betah. Lagian, makanan yang kami sediakan di sini 'kan juga makanan rumahan," ujar Michael, pemilik Koko Bogana.
Pelanggan bisa menikmati makanan yang ada di sekitar kebun atau di dalam ruangan. Sambil menikmati santapan, kita dihibur dengan alunan musik siter Bu Radi yang sudah mangkal sejak restoran ini dibuka dua tahun lalu. Kapasitas ruangannya bisa menampung 80 orang. Meja kursinya sederhana, terbuat dari kayu. Mirip warung kebanyakan, namun bukan kursi kayu panjang. Satu orang satu kursi.
Koko Bogana awalnya buka di Jln. Cikajang sejak 2001. Kemudian karena masa kontraknya habis, Michael memindahkannya ke Jl. Cipaku seperti sekarang ini. Restoran ini buka dari mulai pukul 09.00 - 18.00 WIB. Hari Minggu tutup, hanya melayani pengambilan pesanan saja.
Mengapa warungnya sudah tutup pukul 18.00? Menurut Michael, itu karena makanan yang disajikan hanya tahan selama enam jam. Lebih dari itu, cita rasanya sudah jauh menurun bila disantap, meskipun nasinya masih bisa dimakan. Ini tak lepas dari unsur yang terkandung dari makanan yang disajikan. "Hampir semua makanan mengandung kelapa atau santan kelapa," kata Michael
Nama Koko juga merujuk pada makanan yang kebanyakan diolah dengan kelapa atau santannya. Dulu warungnya diberi nama Coco Bogana, berasal dari kata coconut "Tetapi banyak yang salah sebut jadi Coco. Maka saya ganti sajajadi Koko," jelas Michael.
Kebanyakan pelanggan yang datang ke restoran ini membeli nasi bogana untuk dibawa pulang. Mungkin karena mencari tempat parkir di sepanjang Jl. Cipaku, Ciledug, Jakarta Selatan ini agak sulit karena jalannya agak sempit. Kecuali saat jam makan siang, warung ini penuh pengunjung.
Meski begitu, Michael tidak punya rencana untuk memindahkan warungnya ke tempat lain yang lebih luas dengan lahan parkir yang lebih lega. "Biar begini saja, rezeki sudah ada yang mengatur. Lagi pula sewa tempat sekarang juga mahal," kilah Michael.
Michael menjaga betul kualitas makanan yang ia sajikan. Sebisa mungkin cita rasa dan cara pembuatannya otentik sesuai dengan aslinya Misalnya, penyajian nasi bogana tetap di bungkus daun pisang. Selain untuk penampilan, rasanya memang jadi lebih enak.
Bahan-bahan yang diolah diusahakan dari bahan yang terbaik. Makanan yang disajikan dipasok dari dapur yang letaknya cukup jauh dari restoran, yaitu di Jl. Meruya, Jakarta Barat. "Saya menjaga betul agar pengunjung tidak kena kotor, bising, atau asap dapur. Tukang masaknya juga bisa lebih konsentrasi. Selain itu biar pengunjung dapat menikmati makanan di sini dengan nyaman," ujarnya.
Makanan yang tersaji di restoran ini seluruhnya makanan tradisional.Tidak ada softdrink kecuali teh dalam botol. "Saya ingin melestarikan makanan dan minuman tradisional Indonesia, termasuk makanan kecilnya. Syukur sekali tanggapannya positif," ujar Michael.
Ia mengenal macam-macam makanan tradisional berkat pengalaman masa kecilnya sewaktu masih tinggal di Cirebon. Kumala, ibunya, adalah pengusaha katering rumahan di Pagongan, Cirebon. Dari sang ibu, Michael mulai belajar kuliner Indonesia dan terus mengembangkannya hingga sekarang.
Tak hanya nasi bogana, ada juga nasi langgi, nasi pepes, soto plered. Jenis minuman atau makanan kecil, ada lemper, lupis, putu mayang, semar mendem, talam, es kopyor, es blewah, es cincau hitam. Menurut Michael, Koko Bogana tidak punya cabang. Meski begitu, restorannya melayani layanan antar. Tinggal telepon, makanan pun siap diantar sampai di tempat. (Bimo Wijoseno/Wisata Jajan Khas Daerah di Jabodetabek 2006)
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR