Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Cianjur, Jawa Barat, menjadikan sembilan desa wisata di Cianjur dan tengah dikembangkan untuk menarik kunjungan wisatawan.
Kepala Disbudpar Cianjur, Tedy Artiawan, Selasa (29/4), mengatakan, pihaknya terus mengembangkan kesembilan desa wisata tersebut. Tedy meyakini desa wisata itu mampu menyaingi desa wisata yang sudah berkembang di Yogyakarta. "Kami berencana mengembangkan kembali kesembilan desa wisata yang ada di Cianjur dengan cara membangkitkan kebudayaan lokal," katanya.
Desa wisata yang menawarkan kebudayaan lokal itu, tambah dia, salah satunya Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong. Di mana desa tersebut telah dikunjungi pramuka tingkat internasional atas arahan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. "Kebudayaan lokal yang dikembangkan, seperti permainan warga dan kesenian. Dengan ada kegiatan itu, sejumlah desa mulai menjadi daerah tujuan wisatawan," kata Tedy.
Selain itu, menurut Tedy, ada Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, di mana di desa tersebut terhampar perkebunan teh. Selain itu terdapat peternakan yang menjadi daya tarik dan pernah dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Desa wisata yang punya wisata olah raga juga ada, seperti arung jeram yang ada di Desa Cihaur, Kecamatan Haurwangi. Pemerintah telah menyalurkan sejumlah bantuan baik berupa anggaran maupun pelatihan," ungkapnya.
Tedy menuturkan, pemerintah pusat telah menyalurkan bantuan dana sebesar Rp75 juta untuk mengembangkan desa wisata yang ada di Cianjur. Sedangkan, Pemkab Cianjur menyiapkan anggaran Rp50 juta untuk pelatihan karena di desa wisata itu, ada kelompok-kelompok yang mengurus desa wisata.
"Kalau bantuan rutin belum ada, tapi bantuan untuk pengembangan selalu ada, meski tidak selalu dalam bentuk uang," ujarnya.
Rencananya Pemkab Cianjur akan terus menambah jumlah desa wisata itu. Penambahan tersebut diikuti dengan pembinaan sapta pesona, dengan menciptakan lingkungan wisata yang aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan memberikan kenangan.
"Menerapkan sapta pesona masih menjadi kendala seperti minimnya fasilitas mandi cuci kakus yang tersedia. Ini menjadi perhatian kami dan akan terus dibina karena manfaat desa wisata ini, selain menggiatkan kembali kebudayaan lokal, juga meningkatkan perekonomian warga," tambah Tedy.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR