Puluhan pasang mata kawanan rusa jawa (Cervus timorensis) itu menatap Ribut. Tepuk tangan pawang rusa ini mampu mengundang rusa mendekat, lantas mengendus telapak tangannya.
Pagi itu, (Kamis, 7/5) rusa jawa di Wana Wisata Maliran, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, berharap mendapatkan ransum sarapan dari Ribut. Kawasan yang dikelola oleh PT Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blitar ini dihuni 70 ekor rusa jawa hasil penangkaran sejak 1999. Dari data hingga Maret 2014, populasinya terdiri dari 32 pejantan dan 38 betina.
Populasi pertama berasal dari kawasan hutan PT Perhutani di Sumber Pucung, Malang, yang dipindahkan ke Maliran. Seiring meningkatnya populasi, sebagian rusa jawa dipindah ke instansi lain untuk dikembangbiakkan. Rusa tangkaran dari Maliran ini telah dikirim ke sejumlah daerah seperti Bogor, Jawa Barat, ataupun Banyuwangi, Jawa Timur.
Kepala Seksi Pengelolaan Sumberdaya Hutan KPH Blitar, Muchid, menyatakan bahwa pihaknya dengan senang hati melayani permintaan terhadap rusa jawa dari Maliran untuk dibiakkan di tempat lain. Tentu saja, sebagai satwa yang dilindungi undang-undang, pemindahannya perlu izin legal dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), baik untuk surat izin angkut maupun pemeliharaan.
Instansi ini juga akan menilai kelayakan lokasi baru. Kendati tersebar hampir di seluruh Indonesia, rusa jawa diyakini asli Pulau Jawa dan Bali. Satwa ini justru mengalami tekanan di dua pulau itu akibat hilangnya habitat alaminya. Lembaga konservasi dunia IUCN memasukkan status rusa jawa dalam kategori rentan punah atau vulnerable. Salah satu upaya untuk melestarikannya, empat ekor rusa betina dan dua pejantan diboyong ke KPH Parengan, Bojonegoro, Jawa Timur.
Sesuai peraturan yang berlaku, rusa yang diizinkan untuk dipindah merupakan keturunan kedua (atau F2) dari cikal bakal indukan (atau FO). Disaksikan oleh staf Balai Besar KSDA Seksi Wilayah I Kediri, rusa-rusa yang telah ditangkap lalu dibawa ke Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Molo, KPH Parengan. Di sana kandang seluas 0,5 hektare telah disiapkan di samping rumah dinas Asisten Perhutani Molo. Lokasi baru ini, Kepala KPH Parengan Daniel Budi Cahyono menjelaskan, telah dikaji Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Di kandang baru tersebut terdapat 12 jenis vegetasi tumbuhan bawah yang bisa menjadi sumber pakan bagi rusa jawa. Untuk menambah makanan, tutur Daniel, di dalam kandang juga ditanami lamtoro dan rumput gajah. Pemilihan lokasi ini juga didasarkan pada kemudahan dalam mengawasi dan memonitor populasi rusa.
Bekerja sama dengan PT Pertamina EP, rusa-rusa baru ini akan dipelihara oleh perawat satwa yang didampingi Universitas Gadjah Mada. Kolaborasi ini diharapkan mampu menaikkan populasi satwa yang dilindungi ini. Selain itu, keberadaan rusa di Parengan juga akan memberi kesempatan bagi masyarakat setempat untuk mengenal kekayaan hayati Indonesia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR