Enam ekor rusa jawa yang baru tiba semalam itu nampak sehat dan gesit. Tiba saat malam hari (Kamis 7/5), dua jantan dan empat betina rusa jawa tersebut masih mencoba mengenali lingkungan barunya.
Satwa bernama ilmiah Cervus timorensis ini memang diboyong dari Wana Wisata Maliran, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menempuh perjalanan selama 4 jam. Dari kawasan yang dikelola Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blitar itu, rusa-rusa lantas dibawa ke KPH Parengan, Bojonegoro, Jawa Timur.
Upaya ini untuk menangkarkan rusa jawa di wilayah hutan Bojonegoro dan sekitar. Di kandang baru seluas 0,4 hektare, satwa yang makin jarang dijumpai di hutan jati ini diharapkan mampu berkembang biak. Kelak, jika populasi meningkat di penangkaran, sebagian akan dilepasliarkan di hutan jati Bojonegoro.
Field Manager Cepu Wresniwiro menjelaskan daerah operasi PT Pertamina EP sangat luas, yang salah satunya berada di kawasan hutan. Bekerjasama dengan Perum Perhutani, jelas Wiro, PT Pertamina EP mencoba mengembangbiakan rusa jawa. "Selain mencari minyak, PT Pertamina EP juga berkomitmen berwawasan lingkungan," imbuh Wiro.
Di samping melakukan penanaman pohon dan menyokong ekonomi setempat, Wiro memaparkan, kepedulian PT Pertamina EP juga mulai bergerak ke kawasan hutan. "Semula saya pikir melestarikan jenis monyet di kawasan hutan, yang ternyata populasinya masih cukup banyak."
Lantas, bersama Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Perum Perhutani, PT Pertamina EP menetapkan pelestarian bagi rusa jawa. "Satwa langka yang layak dilestarikan adalah rusa jawa. Habitat alaminya juga tinggal sedikit," jelas Wiro sembari memberi contoh kiprah PT Pertamina EP dalam pelestarian burung langka maleo di Sulawesi Tengah.
Pada masa lalu, di hutan jati Jawa Timur masih mudah dijumpai kawanan rusa jawa liar. Sekarang, mamalia itu sudah sangat sulit dijumpai di hutan jati. Kepala KPH Parengan Daniel Budi Cahyono menyatakan, rusa jawa memang tak mudah lagi dijumpai saat ini.
Sebelum memindahkan enam rusa tersebut, para pakar dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada meneliti kelayakan habitat bagi penangkaran rusa jawa. Baik sumber pakan, air, perlindungan dan keamanan satwa.
"Kita ingin dari jumlah yang sedikit akan berkembang menjadi banyak, bukan sebaliknya," ujar Wiro ihwal perlunya kajian bagi tempat penangkaran itu. Dari tiga lokasi yang diusulkan, kandang penangkaran akhirnya dipilih yang berada di samping kantor Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Malo, KPH Parengan.
Di tempat itu, papar Wiro, rusa jawa bisa dipelihara dan diawasi dengan baik oleh perawat satwa yang didampingi Universitas Gadjah Mada. Dari langkah awal yang sederhana ini, Wiro berharap populasi rusa jawa di hutan jati kembali pulih.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR