Setiap kali kita duduk nyaman di pesawat untuk menikmati penerbangan, sebenarnya kita juga dikelilingi oleh berbagai "teman" tak terlihat berupa kuman dan bakteri. Kuman tersebut bisa berasal dari penumpang di sekitar Anda atau penumpang dari penerbangan sebelumnya.
Di kabin pesawat, terutama di kursi, kantong kursi, meja, dan juga lavatories, ternyata diselimuti oleh kuman. Mereka bisa bertahan hidup sampai 3 hari di sana.
Meski mengerikan, tapi faktanya rata-rata manusia kehilangan 30.000 - 40.000 sel kulit setiap jamnya, dan kulit kita dipenuhi oleh bakteri meski sebagian besarnya tidak berbahaya.
Diperkirakan, 1-2 persen orang di AS membawa bakteri kebal obat jenis MRSA (methicillin resistant stahylococcus aureus). Bakteri ini bisa menyebabkan luka di kulit dan berbahaya jika sampai masuk ke pembuluh darah.
Penelitian mengenai keberadaan kuman di pesawat salah satunya dilakukan oleh Kiril Vaglenov dan timnya. Di laboratorium, mereka mensterilkan enam permukaan yang biasanya berada di kabin pesawat, mulai dari kursi penumpang hingga pegangan pintu toilet, dan menyinarinya dengan radiasi gamma. Lalu, mereka sengaja menginfeksi permukaan ini dengan berbagai kuman, seperti MRSA dan E.coli 0157 yang menyebabkan diare.
Bakteri MRSA bisa bertahan di kantong kursi sekitar 168 jam, sementara E.coli kebanyakan ditemukan di sandaran tangan yang terbuat dari kulit. Mereka bisa hidup di sana hingga 96 jam.
Penelitian juga menemukan, makin berpori permukaan tersebut, makin lama bakteri akan bertahan dan makin rendah risikonya untuk menginfeksi. Namun permukaan yang licin dan tidak berpori seperti tombol penyiram di toilet, misalnya, lebih gampang menularkan mikroba dibandingkan dengan di kantong kursi.
Dalam penelitian ini memang tidak diuji apakah bakteri tersebut langsung mati setelah dilakukan disinfektan seperti yang biasa dilakukan pihak maskapai. Berbagai tempat yang sering didatangi berbagai jenis orang, seperti di rumah sakit atau kapal pesiar, secara rutin juga dilakukan tindakan penghilangan kuman dengan zat kimia tertentu atau sinar ultraviolet.
Sebagai penumpang, kita juga bisa melakukan tindakan pencegahan dengan cara menjaga kebersihan diri. Misalnya selalu cuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR