Pembangunan daerah pesisir dan penebangan berlebihan membuat ekosistem hutan mangrove atau bakau terancam. Center for International Forestry Research (CIFOR) mengungkap luas hutan bakau menyusut 30 - 50 persen dalam 50 tahun terakhir.
Penyusutan area hutan bakau dikhawatirkan dapat memicu terjadinya rob atau masuknya air laut ke daratan, dan mengganggu ekosistem hutan bakau. Padahal, fungsi hutan bakau baik salah satunya menjadi pendukung produksi perikanan dan siklus unsur hara.
Kondisi ini mendorong PT SGS Indonesia dan Lembaga Kemanusiaan Nasional (PKPU) menanam 4.000 bibit mangrove di kawasan Elang Laut, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Jumat (7/6).
"Penanaman dilakukan di daerah bekas tambak yang tergenang air cukup dalam dengan metode atau teknik penanaman guludan. Ini menjadi menjadi solusi terbaik bagi kawasan PIK yang memang daerah rawan banjir," kata Presiden Direktur PKPU Agung Notowiguno.
Sebanyak 200 bibit ditanam dengan metode guludan dan selebihnya ditanam dengan cara biasa. Penanaman ini bagian dari penanaman 10.000 bibit bakau. Sebelumnya, telah dilakukan penanaman sebanyak 3000 bibit bakau pada tahun 2012.
"Tidak hanya fokus pada penanaman bibit saja, tapi juga program pelestarian bakau secara holistik melalui penanaman dan rehabilitasi bakau, serta edukasi terpadu terkait peran bakau bagi kualitas lingkungan dan pemanfaatan biodiversitas bakau," terangnya.
Pihaknya bekerjasama dengan penanggungjawab kawasan Elang Laut dalam melestarikan hasil penanaman selama satu tahun ke depan.
Penulis | : | |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR