Jalan Jarak di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/6), sejak petang sudah dipenuhi kendaraan bermotor. Ruas jalan ini menuju Gang Dolly, kawasan lokalisasi prostitusi yang akan ditutup pada hari Rabu (18/6).
Seorang pria paruh baya menawarkan dengan lantang dari sebuah wisma di ruas jalan tersebut, pada malam itu. "Malam terakhir Dolly, sekarang. Kalau memang besok mau ditutup, ini kenangan malam terakhir di Dolly."
Bila rencana Pemerintah Kota Surabaya menutup kawasan lokalisasi prostitusi ini benar-benar terjadi, pria paruh baya ini mengaku hanya bisa mengenang pernah menjadi mucikari di sini. "Saya kerja seperti ini sudah tiga tahun. Ya pasrah jika memang jadi ditutup," ujar dia.
Pada malam terakhir keberadaan kawasan lokalisasi prostitusi Dolly, tamu tak berkurang. Deretan wisma membuka lebar pintunya.
"Kami tetap menolak Dolly ditutup, karena Dolly bagi banyak orang adalah tempat mengais rezeki wong cilik. Tak hanya tempat mencari rezeki para PSK," kata mucikari lain, yang juga lelaki, kepada Kompas.com di Gang Dolly.
Menurut lelaki ini, Gang Dolly masih menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang. "Mayoritas PKL (pedagang kaki lima) yang mangkal di sepanjang Gang Dolly ini berharap Dolly tetap buka," ujar dia memberikan contoh.
Syafi'i, penjual tahu telur yang mangkal di depan Wisma Asih, salah satu wisma di Gang Dolly, membenarkan pendapat dari mucikari itu. "Ya berharap [Dolly] tetap buka. Saya sudah lima tahun jualan di sini," ujar dia. Namun, teman-teman sesama pedagang Syafi'i lebih banyak yang menolak menjawab pertanyaan
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR