Trenggiling memiliki kekurangan pada penglihatan dan pendengarannya. Namun, hewan tak bergigi ini terbukti dapat membunuh manusia. Dan telah dilaporkan adanya kematian yang disebabkan oleh binatang berhidung panjang ini.
Mereka hidup di sabana seperti Amerika Selatan dan Amerika Tengah, merupakan yang terbesar dari empat spesies trenggiling yang hidup. Mereka dapat tumbuh hingga 213 sentimeter di masa dewasa. Mereka memiliki empat cakar yang tajam pada kedua kaki depan yang digunakan untuk menghancurkan gundukan sarang semut dan sarang rayap, dan dapat menimbulkan luka pada manusia. Posisi berdiri dengan kedua kaki depan terbentang adalah pertanda buruk yang ditunjukkan seekor trenggiling.
Dalam jurnal Wilderness and Environmental Medicine, tercatat pada 1 Agustus 2012, seorang pria 47 tahun yang tinggal di perkebunan karet di Guajara County, Brasil, pergi berburu dengan kedua putranya. Anjing mereka memojokkan seekor trenggiling raksasa dewasa yang berdiri dengan kedua kaki depannya dibentangkan. Si pemburu kemudian memilih untuk menggunakan pisaunya ketimbang senapan karena takut menembak anjingnya. Sebelum dapat menyerangnya, si pemburu diserang lebih dulu oleh trenggiling raksasa kemudian meninggal kehabisan darah. Salah satu anaknya yang mengalami luka ringan menembak trenggiling itu sampai mati.
Ketika dokter dan peneliti forensik memeriksa korban, mereka menemukan adanya memar dan luka di sisi kiri leher sepanjang 4 cm, luka tusukan di lengan kiri, delapan luka tusukan di paha kiri, dan lecet pada paha kanan. Autopsi mengungkapkan kerusakan parah pada arteri femoral kiri, arteri besar di paha. Kejadian serupa terjadi pada 2010 ketika sebuah trenggiling menyerang seorang pria 75 tahun yang sedang berburu di Brasil, para ilmuwan mencatat.
Insiden tragis yang terjadi pada 2012 ini, kata para ilmuwan, harus menjadi peringatan untuk menghormati batas-batas antara satwa liar dan manusia, terutama ketika mereka sama-sama mendiami daerah tertentu.
Trenggiling raksasa diklasifikasikan "rentan" oleh IUCN. Ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup spesies di alam liar adalah hilangnya habitat. Hewan-hewan yang memiliki pendengaran dan penglihatan yang buruk, cenderung terbunuh karena tertabrak di jalan yang membelah wilayah mereka. Ketika perkebunan tebu dibakar sebelum panen, kadang-kadang trenggiling tewas atau luka bakar parah. Mereka juga diburu untuk makanan dan dalam perdagangan hewan peliharaan ilegal.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR