B-29 Stratofortress Enola Gay adalah nama pesawat pengebom yang pada Perang Dunia II menjatuhkan bom atom bernama Little Boy ('Bocah Kecil') di atas kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus. Serta, bom atom kedua bernama Fat Man ('Orang Gemuk') terhadap kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus. Pengeboman yang merenggut nyawa sekitar 80.000 jiwa manusia di Hiroshima dan 140.000 di Nagasaki itu merupakan sebuah misi rahasia membungkam Jepang, dan misi yang mengakhiri Perang Dunia II.
"Kerahasiaan misi ini sangat saya tekankan, saya menekankan agar mereka benar-benar tutup mulut," tutur Paul W Tibbets dalam pengakuannya. Ialah perwira angkatan udara AS yang menjadi pilot Enola Gay.
Pula Paul Tibbets yang memberikan nama pesawat. Sejak PD II, penggunaan nama pesawat menjadi tren di kalangan penerbang Sekutu. Nama itu berasal dari nama ibunya sendiri. "Enola Gay adalah nama seorang tokoh novel yang digandrungi kakek saat kelahiran ibu," kata dia. "Rasanya, nama itu juga indah buat pesawat saya. Enola Gay. Saya menyampaikannya kepada beberapa awak pesawat yang pernah mengenal ibu. Mereka setuju."
Peristiwa di Hiroshima yang tepatnya terjadi 6 Agustus 1945 tersebut adalah pertama kali dalam sejarah penjatuhan bom atom menimbulkan kematian massal warga sipil. Sekitar 70.000 orang yang tewas seketika sebagai akibat langsung dari ledakan. Korban berikutnya yang juga sangat banyak, meninggal akibat pecahan-pecahan nuklir jatuh dan kanker. (Baca lebih lanjut di sini)
Tadinya, setelah perang di Eropa berakhir, tindakan lanjut dikonsentrasikan untuk melakukan invasi ke Jepang. Operasi itu rencananya memerlukan dua juta serdadu Amerika. Pertama, akan ditempatkan lebih dari 800.000 pasukan di pantai bagian selatan Pulau Kyushu awal November. Pendaratan amfibi kedua, akan dilakukan pada April 1946 di Pulau Honshu dekat Tokyo.
Namun, rencana invasi ini tak mungkin dilakukan. Sebagai gantinya, pasukan Tibbets yang hanya terdiri atas 1.800 orang dan 18 pesawat pengebom itulah yang akan melakukan tugas—yang mestinya dilakukan oleh dua juta serdadu.
Bukannya 'bocah kecil'
"Saya dipercaya membawa senjata yang paling menakutkan yang pernah ada," kata Tibbets. "Saya heran mengapa mereka menyebutnya Little Boy. Bom ini tidak kecil. Bahkan bisa dibilang monster kalau dibandingkan dengan bom-bom yang pernah saya jatuhkan."
Bom yang selama ini dirahasiakan, merupakan sebuah benda dengan daya ledak 20.000 TNT
Little Boy berdiameter 28 inci dan panjang empat meter. Beratnya lebih dari 4.500 kilogram. "Dengan kulit bercat jelek. Bom ini justru pantas disebut si Monster Jelek," tambahnya.
Little Boy meledak di ketinggian 1.890 kaki (sekitar 570 meter). "Setelah itu kami segera menjauh dari pusat sasaran, untuk menghindar dari gelombang kejut yang membalik dengan kecepatan 1.100 kaki per detik. Sempat juga terkena imbas sehingga pesawat kami bergetar kuat. Setelah shock pertama lewat, kejutan kedua datang menghantam. Kali ini tidak sekuat yang pertama. Para ilmuwan menyebutnya sebagai an echo effect..."
Misi rahasia membungkam Jepang itu tampaknya berjalan cukup sesuai rencana. Jepang menyerah lima hari kemudian setelah pengeboman Nagasaki.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR