Misi mencerdaskan anak bangsa nyaris sirna dari kemegahan Teater Imax Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah. Selama 30 tahun berdiri, teater imax terbesar di Indonesia ini hanya memiliki koleksi empat film dokumenter Indonesia, yakni Indonesia Indah I-IV.
Untuk kesekian kalinya, film Indonesia Indah III: Indonesia Untaian Manikam di Khatulistiwa, ini diputar pada Kamis (31/7), saat tempat wisata ini dipadati pengunjung liburan Lebaran. Ironis, film produksi tahun 1990-an itu masih menampilkan Timor Timur sebagai salah satu provinsi bagian dari Indonesia.
Sejak Timor Timur menjadi negara mandiri, Republik Demokratik Timor Leste, sebagai hasil referendum tahun 1999, sudah banyak sineas Indonesia memproduksi film berlatar sosial pemisahan diri Timor Timur. Salah satunya Tanah Air Beta garapan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen.
Tahun 1996 menjadi tahun terakhir seri film Indonesia Indah diproduksi, yaitu Indonesia Indah IV: Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia. Sejak itu, kata Manajer Theater Imax Keong Emas TMII Purwanto, film dokumenter seri Indonesia Indah tak lagi diproduksi.
Setiap kali produksi dokumenter Indonesia Indah ini, kata Purwanto, menelan biaya sangat tinggi, tak kurang dari Rp40 miliar. Bahkan, biaya produksi film itu juga pernah mencapai Rp60 miliar.
Tingginya biaya produksi itu, kata Purwanto, menjadi alasan pemerintah pusat tak mampu membiayai produksi film tersebut. Ia menyatakan telah mengingatkan berkali-kali agar pemerintah pusat kembali memproduksi film dokumenter Indonesia. Apalagi ilmuwan di Indonesia cukup banyak sehingga pengalamannya dapat digunakan untuk membuat dokumenter keindahan alam ataupun budaya Indonesia.
Island of Lemurs Madagascar, film dokumenter kehidupan lemur di Madagaskar, Afrika, produksi Warner Bros ini salah satunya. Film ini diproduksi berdasarkan pengalaman seorang ilmuwan yang meneliti lemur di Madagaskar.
Film itu tak hanya diproduksi untuk film layar lebar, tetapi juga untuk layar imax. Mulai 28 Juli film ini ditayangkan di Teater Imax Keong Emas.
Sejak seri film Indonesia Indah tak lagi diproduksi, Teater Imax Keong Emas hanya dapat memutar film dokumenter yang disewa dari luar negeri. Harga sewa satu film itu Rp1 miliar, dengan masa sewa 1-2 tahun. Totalnya sejak 1996 hingga sekarang sudah ada lebih dari 21 film impor yang telah diputar.
Belajar pada film dokumenter Island of Lemurs Madagascar, Indonesia tak akan merugi jika memproduksi film dokumenter kekayaan alam dan budaya Nusantara untuk layar imax (image maximum). Film itu dapat disewakan kepada teater-teater imax di seluruh dunia, sekaligus untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.
Direktur Pengembangan Industri Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Armein Firmansyah mengatakan, selama ini pihaknya belum pernah memperoleh laporan kebutuhan Teater Imax Keong Emas memproduksi film dokumenter Indonesia. Selain itu, pihaknya juga tak memiliki anggaran untuk memproduksi film dokumenter.
Muncul juga ide dari Koordinator Anjungan Daerah TMII Sigit agar Teater Imax Keong Emas meminta langsung kepada pemerintah daerah untuk memproduksi film dokumenter daerahnya.
Di balik belum jelasnya kewenangan produksi film dokumenter kekayaan Indonesia, Teater Imax Keong Emas merupakan aset Indonesia yang sangat besar. Teater Imax Keong Emas, yang berfungsi sebagai jendela pengetahuan, ini memiliki layar terlebar di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara.
Dengan cukup berambisi, Tien Soeharto, istri Presiden Soeharto, pada 1984 membangun Teater Imax Keong Emas dengan layar berukuran 21,5 meter x 29,3 meter atau seluas 629,95 meter persegi.
Layar itu masih lebih lebar dibandingkan dengan layar imax di tiga bioskop berlayar imax yang ada di Jakarta. Umumnya layar imax bioskop di Jakarta berukuran 20 meter x 11 meter atau 220 meter persegi.
Di kala liburan sekolah, pengunjung teater dengan layar imax terbesar di Indonesia ini bisa mencapai 825 pengunjung untuk setiap pertunjukan. Di luar masa itu, pengunjung teater ini kurang dari 250 pengunjung per hari. Padahal, kapasitas tempat duduk yang tersedia sebanyak 800 tempat duduk.
Untuk menarik pengunjung lebih banyak dan menghidupkan Teater Imax Keong Emas pada malam hari, sekarang sedang disusun perencanaan agar Keong Emas juga dapat memutar film bioskop. Diutamakan film laga dan animasi agar dapat mengeksplorasi efek dramatis layar imax, seperti Transformer.
Sejak 2004, Teater Imax Keong Emas telah memiliki teknologi untuk mengalihkan film 35 mm menjadi 70 mm, menyesuaikan layar imax. Teknologi itu adalah DMR TM atau Digital Re-Mastering, teknologi revolusioner yang memungkinkan transfer film aksi format 35 mm ke dalam imax experience 70 mm dengan kualitas tampilan dan suara mengagumkan.
Imax, sebagai perusahaan tunggal layar sangat lebar ini, telah mampu menggandakan film terbaik Hollywood untuk diputar di layar imax. ”Kami pun terus memperoleh panduan dari Imax untuk meningkatkan kualitas tampilan film,” kata Purwanto.
Namun, menurut Purwanto, masih ada kekurangan pada kursi penonton di Teater Imax Keong Emas, yang terbilang kurang nyaman dan sudah sangat tua dibandingkan dengan kursi penonton di bioskop. Sudah 30 tahun, sejak Teater Imax Keong Emas dioperasikan pada 1984, kursi-kursi itu belum pernah diganti.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR