Target ke Depan
Saya melihat Presiden mengangguk-angguk puas atas paparan-paparan saya. Sebagai seorang rimbawan yang memiliki rekam jejak di perusahaan kehutanan, industri meubel berorientasi ekspor dan kepala daerah yang sangat pro rakyat, tampaknya ia sangat paham dengan penjelasan saya.
Sampailah saya pada sesi akhir wawancara. Presiden mengajukan satu pertanyaan pamungkas; apa yang menjadi target utama saya bila nanti benar-benar diangkat menjadi Menteri Kehutanan yang harus bisa dicapai dalam periode kepemimpinan sang Presiden.
Setelah berpikir sejenak, saya kembali menyampaikan jawaban yang memang sejak lama sudah menjadi obsesi saya selaku seorang birokrat di Kementerian Kehutanan.
Target lima tahun ke depan, sumberdaya hutan harus dapat berfungsi sesuai dengan status dan fungsi peruntukannya. HP harus mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik meliputi bahan baku komoditas industri kehutanan, pangan, dan bio energi.
Bahkan, saya beserta seluruh jajaran dan mitra terkait menargetkan kehutanan Indonesia akan menjadi pemain utama di pasar dunia atas komoditas-komoditas kehutanan. Sektor kehutanan akan memainkan peran penring dalam konteks implementasi globalisasi dan perdagangan bebas sejalan dengan diterapkannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Masyarakat Ekonomi Asia Pasifik, bahkan WTO sekalipun.
Itu baru hutan produksi. Manfaat langsung atas kawasan hutan lindung dan hutan konservasi juga wajib dicapai secara optimal. Melalui prinsip "pemanfaatan berkelanjutan untuk tujuan perlindungan dan pengawetan" maka konservasi harus memberikan kontribusi yang tak kalah strategis. Melalui pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar (TSL) yang bernilai ekonomi tinggi, serta kontribusi dari sektor pemanfaatan jasa lingkungan antara lain pemanfaatan wisata alam, massa air, maupun energi dari alam, seperti air/panas bumi/angin/panas matahari, dna karbon, akan mendorong peningkatan peran dan kontribusi kehutanan dalam sumbangan nilai PDB.
Tatkala hampir tuntas pemaparan saya dan Presiden R.I. baru saja mengulurkan tangan hendak mengucapkan selamat, tiba-tiba terdengar suara berdebum. Mendadak kepala saya pusing dan sekujur badan saya sakit. Barulah saya menyadari, bahwa ternyata saya baru saja terjatuh dari ranjang. Ya ampun, saya baru saja terjaga dari mimpi paling indah dalam hidup saya. Bertemu empat mata dengan Presiden R.I. ketujuh. Bahkan melakukan dialog dan wawancara dengan presiden pertama dari kalangan rimbawan. Namun, harus saya sadari bahwa wawancara itu tak lebih dari sebuah wawancara imajiner alias mimpi.
Tak apa. Meskipun baru sebatas mimpi, namun saya sudah memaparkan visi, misi, dan program kerja sekaligus target seandainya saya menjadi Menteri Kehutanan. Sebagai seorang birokrat, kita memang harus memiliki visi, disamping selalu siap ditempatkan dimana saja. Meskipun terus terang harus saya katakan bahwa menjadis eorang Menteri Kehutanan, bagi saya mimpi pun tidak pernah. Prinsip saya, sebagai birokrat yang penting bekerja dan melayani masyarakat sebaik-baiknya untuk kepentingan bangsa dan negara. Selamat datang Menteri Kehutanan baru.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR