Seorang koki asal kota Foshan, provinsi Guangdong, Tiongkok tewas setelah digigit seekor ular kobra yang akan dimasaknya. Ironisnya, insiden itu terjadi 20 menit setelah sang koki memotong kepala ular itu hingga putus.
Peng Fan, nama koki itu, tengah mempersiapkan sebuam masakan spesial dengan bahan utama seekor ular kobra Indochina.
Dia kemudian memenggal kepala ular yang terkenal akan racunnya yang mematikan itu. Saat Peng Fan akan membuang kepala ular itu ke tempat sampah, kepala ular tersebut menggigitnya dan menyuntikkan racunnya yang sangat berbisa.
"Kami sedang berada di restoran sedang makan malam merayakan ulang tahun istri saya ketika kami mendengar kekacauan," kata seorang pengunjung restoran, Lin Sun (44).
"Kami tak tahu apa yang terjadi namun kami mendengar teriakan dari arah dapur restoran," tambah Lin Sun.
Lin Sung menambahkan, pihak rumah sakit kemudian menelepon dokter namun saat bantuan medis tiba Peng Fan sudah meninggal dunia. "Setelah kami mendengar kejadian itu kami tak melanjutkan makan malam," ujar Lin Sun.
Seorang juru bicara kepolisian mengakui kasus yang ditangani polisi ini terbilang kasus yang tak terbiasa. Namun, dipastikan kejadian ini tak lebih dari sebuah kecelakaan.
"Tak ada yang bisa dilakukan untuk korban. Hanya obat anti-racun yang bisa menyelamatkannya namun dia sudah terlanjut meninggal. Ini adalah sebuah kecelakaan yang tragis," kata juru bicara polisi.
Ular itu rencananya akan dibuat sup, yang merupakan makanan khas kawasan tersebut dan merupakan salah satu makanan favorit di sejumlah restoran kelas atas.
Pakar ular Yang Hong-chang, yang mempelajari ular kobra selama 40 tahun, mengatakan reptil masih bisa dinyatakan hidup hingga satu jam sejak kehilangan sebagian atau seluruh bagian tubuhnya.
"Sangat mungkin kepala ular itu masih hidup dan menggigit tangan koki Peng Fan. Saat ular itu kehilangan kepalanya, secara fungsi tubuh ular itu sudah mati, namun masih ada sedikit gerak reflek dari bagian tubuh itu," ujar Yang.
"Artinya, ulat masih bisa menggigit dan menyuntikkan bisanya bahkan di saat kepala dan badan terpisah," tambah Yang.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR