Berbagai intalasi dari bambu tampak terlihat di kawasan cagar budaya, Benteng Vasternberg Solo, pada Senin (1/9) siang. Ada berbagai ornamen instalasi seni dari bambu, mulai dari sangkar bambu berukuran raksasa, alat rumah tangga berbahan baku yang dirangkai menjadi bentuk unik, hingga pakaian karnaval yang terbuat dari tanaman tersebut.
Juru bicara penyelenggara acara tersebut, Heru Prasetya, mengatakan ini adalah acara yang digelar sebulan penuh itu adalah yang pertama yang diadakan di Solo maupun di Indonesia, menampilkan berbagai kreasi dan inovasi bambu.
"Kami tampilkan karya-karya seni drai berbagai kreator seni, ada 16 karya intalasi seni dari bambu, kemudian juga kostum karnaval dari bambu, dan seni tari tradisional lengger bambu dari Wonosobo, dan sebagaianya.
Inilah perayaan dari bambu yang dilakukan para kreator seni dari Solo dan berbagai daerah di Indonesia lainnya, arsitek dari Jakarta, Bandung, Jogja, dan sebagainya," ujarnya.
"Ya saya pikir ini kan sebuah pesan penting bagi masyarakat, Indonesia sebagai negara yang kaya dengan bambu sudah saatnya bisa mengeksplorasi bambu sebagai karya seni untuk kehidupan sehari-hari."
Wali Kota Solo Hadi Rudyatmo mengatakan, Solo Bamboo Biennale mengangkat pelestarian bambu dan pengrajin dan seni kriya berbahan baku bambu. Ia menambahkan, Solo menyiapkan lokasi khusus di bantaran sungai Bengawan Solo untuk menjadi kawasan pelestarian tanaman bambu.
“Solo Bamboo Biennale ini akan kita gelar secara rutin dua tahunan. Kita ingin memberi semangat kepada para petani untuk terus melestarikan tanaman bambu. Kita tunjukkan kepada masyarakat agar kembali menggunakan bambu dalam keseharian. Agar petani bisa terus bekerja menanam, pengrajin dan seniman berkreasi dari bahan baku bambu, dan bambu terus terangkat pamornya," ujarnya.
Hadi berjanji pihaknya akan membeli bibit tanaman bambu dan akan menyediakan lahan khusus di bantaran sungai Bengawan Solo, terutama di bekas lahan relokasi pemukiman warga di bantaran sungai.
"Akan kita gerakkan masyarakat di Solo untuk menanam bibit bambu. Mungkin dalam waktu setahun, tahun depan, kita bisa menikmati hasilnya nanti," ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR