Terdapat dua kerangka yang terpelihara dengan sempurna diperkirakan berusia 600 juta tahun, lebih tua dari vertebrata lain yang ditemukan sebelumnya.
”Kerangka pertama yang kami temukan tersembunyi di dalam lapisan sepotong besar batuan sedimen yang telah kami lepas dari lereng gunung,” terang Marly.
Bentuk tulang juga menunjukkan bahwa mereka adalah manusia, bukan primata, dan kelengkapan sisa-sisa juga menunjukkan bahwa mereka lebih tua dari bayi.
“Ketika kami membelah batu itu, kami benar-benar bingung. Inilah fosil ini dari zaman ketika kemunculan vertebrata pertama masih jutaan tahun lagi dan itu adalah kerangka yang lengkap. Dan tidak hanya itu, itu tampak seperti manusia,” tambahnya lagi.
Marly melanjutkan bahwa kerangka kedua yang ditemukan itu adalah spesimen yang sangat bagus. Tidak seperti yang pertama, kerangka kedua berada dalam posisi yang sepenuhnya diperpanjang dengan detail yang sangat baik.
Baca Juga: Selidik Fosil Rahang Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan
“Sangat jelas dari penelitian kami tentang kerangka ini bahwa mereka pasti manusia dan bukan spesies primata. Siapa mereka dan seberapa besar populasi mereka dan apakah mereka maju secara teknologi adalah misteri yang lengkap,” kata Marly.
Fosil-fosil tersebut telah diterbangkan ke National Institute of Ancient Studies di Washington DC untuk dianalisis lebih lanjut. Sampai sekarang belum ada rilis resmi dari lembaga tersebut.
Sebagai informasi, penemuan kerangka berbentuk tak lazim ini bukan hanya kali ini saja. Sebelumnya pada 2003, di sebuah kota yang ditinggalkan di Gurun Atacama di Chili, telah ditemukan kerangka kecil (mumi) dengan bentuk yang sangat aneh. Ya, ukurannya sangat kecil yaitu hanya 15 cm.
Kerangka itu kemudian diuji oleh para peneliti. Setelah dilakukan penelitun, hasil menunjukkan bahwa mumi kecil ini bukan palsu, bukan pula janin bayi. Ya, mumi yang diberi nama Ata itu milik ras manusia yang kurang dikenal.
Tim peneliti membuktikan bahwa Ata adalah bayi perempuan yang baru lahir dengan banyak mutasi pada gen yang terkait dengan dwarfisme, skoliosis, dan kelainan pada otot dan kerangka.
Hasil penelitian itu juga mengungkapkan empat varian nukleotida tunggal (SNV) baru - sejenis mutasi genetik - dalam gen yang diketahui menyebabkan penyakit tulang, seperti skoliosis atau dislokasi, serta dua SNV lagi dalam gen yang terlibat dalam produksi kolagen. Ata juga memiliki 10 pasang tulang rusuk, bukan 12 seperti pada manusia normal.
Baca Juga: Fosil Tengkorak Homo Longi di Harbin, Tiongkok Berusia 146.000 Tahun
Source | : | Histecho.com |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR