Menurut cerita, ikan pesut adalah penjelmaan dua anak kecil kakak beradik yang ditelantarkan sang ayahnya hingga berubah menjadi ikan pesut, yang dikenal luas sebagai pesut mahakam. Masyarakat Kutai menyebut ikan ‘jelmaan’ tersebut dengan pesut atau pasut, sedangkan masyarakat di pedalaman Mahakam menyebutnya dengan bawoi.
Banyak orang Indonesia yang bahkan belum pernah mendengar, apalagi melihat pesut mahakam (Orcaella brevirostris). Tidak mengherankan, karena kini populasi pesut Mahakam di habitatnya di Sungai Mahakam diperkirakan tak lebih dari 70 ekor saja dan makin hari makin sulit ditemui. Sebuah angka yang sangat kecil dan mengkhawatirkan, mengingat konon dulunya ikan unik ini mudah ditemukan di muara-muara sungai. Bisa jadi, inilah mamalia air paling langka dan paling terancam di negeri ini.
Pesut mahakam, yang juga kadang disebut lumba-lumba air tawar, hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kaltim. Inilah sebabnya pesut mahakam ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kaltim. Berbeda dengan lumba-lumba dan ikan paus, pesut hidup di air tawar yang terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan subtropis.
Mamalia air paling terancam
Pesut mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar), sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Di seluruh habitat tersebut, pesut juga dalam status terancam punah atau kritis (critically endangered). Bahkan di Indonesia, pesut ini menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah.
Ukuran tubuh pesut mahakam dewasa bisa mencapai panjang hingga 2,3 meter dengan berat mencapai 130 kg. Tubuh pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat. Pesut bernafas dengan mengambil udara di permukaan air. Mamalia ini dapat juga menyemburkan air dari mulutnya. Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Meski pandangannya tidak begitu tajam dan hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun mempunyai kemampuan mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan dengan menggunakan gelombang ultrasonik.
Menurut penelitian Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia, saat ini pesut di seluruh Mahakam diperkirakan hanya ada di perairan Kutai Kertanegara. Pesut mahakam kerap terlihat di Danau Semayang, Kecamatan Kota Bangun, hingga paling hilir terlihat di kawasan cagar alam Sedulang, Muara Kaman. Padahal sebelumnya, pesut mahakam juga terlihat di Muara Pahu, Kabupaten Kutai Kartanegara, namun akibat konversi dan alih fungsi lahan di tepi Mahakam yang dulunya ditumbuhi pepohonan dan rawa, kini berubah menjadi kawasan perkebunan dan tambang.
Masih menurut penelitian tersebut, ancaman terbesar populasi pesut mahakam saat ini adalah alih fungsi hutan atau rawa yang mengakibatkan sedimentasi atau endapan di dasar sungai. Ancaman lainnya adalah polusi kimia dan makin banyaknya sampah plastik di sungai.
Makin padatnya lalu lintas dengan menggunakan transportasi mesin besar di Sungai Mahakam juga menyebabkan terjadinya polusi suara yang membuat pesut rawan tertabrak kapal, karena system navigasi pesut yang menggunakan sonar akan terganggu, dan menjadi kebingungan. Ancaman lainnya adalah belitan jaring bentang nelayan dan penggunaan alat-alat tangkap ikan yang tidak lestari.
Pada awal 2012, WWF-Indonesia dan Badan Pengembangan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak berhasil mendokumentasikan keberadaan populasi pesut atau lumba-lumba air payau Orcaella brevirostris di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Sebuah kabar baik bagi kelangsungan Orcaella brevirostris yang selama ini hanya diketahui berhabitat di Sungai Mahakam. Di sini, pesut juga menghadapi ancaman, terutama konversi hutan mangrove habitat satwa tersebut untuk bahan baku industri arang, degradasi habitat hutan sekitar perairan untuk bahan baku bubur kertas (pulp) komersial, aktivitas lalu lintas air yang tinggi dan dapat menimbulkan stres bagi satwa tersebut, serta tercemarnya air sungai.
Berbagai ancaman tersebut sangat mengancam keberadaan sang legenda dari Kalimantan ini. Rendahnya populasi lumba-lumba air tawar ini menjadikannya sebagai salah satu binatang paling langka di Indonesia.
IUCN Redlist menyatakan status konservasi pesut mahakam sebagai critically endangered (kritis atau terancam punah) yaitu tingkat keterancaman tertinggi, satu tingkat lagi akan mencapai kepunahan.
Di Indonesia sendiri, pesut mahakam di tetapkan sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR