Dalam minggu-minggu terakhir masa kepresidenannya, Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan tekanan kian besar dari dunia internasional agar segera bertindak untuk melindungi salah satu hutan Indonesia dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.
Warisan hijau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan bergantung kepada Perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser, kata LSM.
Pada malam penyelenggaraan UN Climate Summit, ribuan tweet membanjiri akun personal Twitter Presiden, @SBYudhoyono, memintanya untuk melindungi Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) ini.
Studi terakhir menunjukkan Indonesia telah melampaui Brasil dengan menempati posisi teratas sebagai negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia. Sementara, terletak di ujung paling barat Indonesia, nasib Kawasan Ekosistem Leuser seluas 2,6 juta hektare terancam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ilegal yang diusulkan Pemerintah Aceh.
"RTRW Aceh itu tidak sah dan ilegal," kata Effendi Isma, Juru Bicara Koalisi Peduli Hutan Aceh, di Jakarta (22/9).
"RTRW tersebut jelas bertentangan dengan Undang-Undang tentang Penataan Ruang dan Moratorium Perkebunan baru yang digagas oleh Presiden sendiri. Lebih jauh lagi, RTRW ini juga melanggar Undang-Undang No. 26 tentang Pemerintah Aceh, yang menimbulkan kegelisahan bagi Indonesia dan negara-negara lain yang mendukung proses perdamaian Helsinki."
Kementerian Dalam Negeri telah memberikan evaluasinya dan telah meminta Pemerintah
Aceh untuk merevisi RTRW tersebut dan memastikan melindungi Kawasan Ekosistem Leuser, namun hingga saat ini Pemerintah Aceh masih mengabaikan kewajiban ini.
"Situasinya sudah jelas. Bila Presiden SBY tidak membatalkan RTRW Aceh tersebut, akan menjadi preseden yang sangat berbahaya bagi semangat penegakan hukum dan komitmen lingkungan di Indonesia. Waktu semakin menipis bagi Presiden SBY. Hanya beberapa minggu lagi waktu yang tersedia sebelum masa jabatannya berakhir," kata Teguh Surya, Forest and Climate Campaigner Greenpeace Indonesia.
"Ribuan masyarakat Aceh telah kehilangan mata pencahariannya, dan juga kehilangan nyawa akibat rencana tata ruang yang buruk," kata Effendi. "Kehendak rakyat Aceh adalah hutannya dapat kembali, bukan dihancurkan, karena hutan itu telah melindungi masyarakat dari banjir dan merupakan kunci terhadap kesejahteraan jangka panjang. Hutan ini merupakan aset yang sangat besar terhadap perekonomian Aceh, jutaan orang mengharapkan agar hutan Leuser dapat dilindungi," ungkapnya lagi.
Bencana kemanusiaan dan lingkungan
KEL bahkan termasuk dalam daftar wilayah paling tak tergantikan. (Baca lengkap di sini)
"Kehilangan Kawasan Ekosistem Leuser akan menjadi bencana kemanusiaan dan lingkungan", kata ahli primata Ian Singleton, Direktur Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP).
"Presiden RI dapat merespon seruan dari ribuan orang yang menginginkan sebuah tindakan berani dengan menolak perencanaan-perencanaan yang dapat menghancurkan Kawasan Ekosistem Leuser melalui perkebunan sawit dan pabrik-pabrik kertas.
Praktik Business as Usual sudah tidak dapat dipertahankan lagi karena para konsumen, investor, dan pemerintahan dunia sedang menggagas penggunaan komoditas yang bebas deforestasi dan konflik sebagai cara untuk menyelamatkan iklim dunia," pungkas Direktur Kampanye Agribisnis untuk Rainforest Action Network, Gemma Tillack.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR