Sejumlah nama "beken" di kursi DPR tak lagi terpilih sebagai wakil rakyat. Apa saja yang akan mereka lakukan setelah meninggalkan Senayan?
"Saya ingin sekali menulis novel," kata Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari, Senin (29/9), ditanya menjelang akhir masa baktinya di parlemen.
Hajriyanto tidak akan berkantor lagi di Senayan karena tidak lolos dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah IV.
Hajriyanto dikenal punya perbendaharaan kosakata yang luas didukung wawasan nyaris tak bertepi dalam tiap diskusi. Selama ini, para pengamat, wartawan, dan masyarakat menikmati tutur lisan dari Hajriyanto. Namun kiranya baik jika ia menumpahkan pengalaman politiknya dalam sebuah novel.
"Itu cita-cita lama. Saya punya janji dengan Taufik Ismail dan (alm) Dr Kuntowijoyo. Keduanya meminta saya dengan sungguh-sungguh untuk menulis novel dan cerpen," ujar Hajriyanto. Dia mengaku, hingga kini selalu ditagih novel jika bertemu Taufik Ismail.
Mereka yang tidak terpilih kembali harus meninggalkan Senayan. Hajriyanto segera pulang ke Karanganyar, Jawa Tengah. Mungkin dari Karanganyar, suatu hari nanti kita akan mendengar didirikannya Padepokan Sastra Gunung Lawu yang dipimpin Hajriyanto.
"Saya juga berpikir mau mengajar lagi di Universitas Diponegoro, tetapi ya masih mikir-mikir. Sementara ini, mau menikmati kebebasan setelah 20 tahun aktif di politik," kata Hajriyanto, yang sejak tahun 1997 menjadi anggota DPR dari Partai Golkar.
Nudirman Munir, politisi Partai Golkar dari Dapil Sumatera Barat, berencana kembali menjadi pengacara, profesinya sebelum menjadi wakil rakyat. "Kembali ke habitat asal," katanya. Nudirman mengaku tak akan berhenti memperjuangkan kepentingan rakyat.
Politisi PPP Ahmad Yani juga kembali ke profesi semula, yaitu pengacara dan dosen. "Saya sudah ditawari mengajar di sejumlah perguruan tinggi di Jakarta dan juga di daerah lain. Jadi walau karier di DPR berakhir, bukan berarti hidup ikut berakhir," katanya. Yani berencana membuat buku mengenai pengalamannya di DPR. "Saya juga mau menyelesaikan S-3 di Universitas Padjadjaran (Bandung)," katanya.
Ketua DPR Marzuki Alie, yang juga tak lolos dari dapil "neraka" Jakarta III, memilih mengabdikan diri di dunia pendidikan. Marzuki mengaku akan menjadi Rektor dan Direktur Pascasarjana di Universitas Indo Global Mandiri di Palembang.
"Partai itu tempat pengabdian tanpa akhir," ujar Marzuki, yang telah menyatakan tetap setia di Partai Demokrat. "Namun, harus didukung finansial yang cukup agar tidak ikut-ikutan dalam praktik transaksional. Jadi, saya akan fokus di pendidikan dan bisnis," katanya.
Sambil fokus di pendidikan dan bisnis, Marzuki mengatakan menunggu penugasan dari Partai Demokrat. "Apa pun penugasannya, saya siap untuk tetap mengabdi bagi partai," ujar Marzuki, yang pernah menjadi Direktur Komersial PT Semen Baturaja (persero) tahun 1999-2006.
Hal berbeda ditempuh Eva Kusuma Sundari yang tidak lolos dari Dapil Jawa Timur VI (Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kota Blitar, dan Kota Kediri). Peraih gelar master dari Jurusan Politics of Development Institute of Social Studies (Belanda) dan master Jurusan Development Economics University of Nottingham (Inggris) itu mengatakan akan berjuang di akar rumput.
Dia tetap akan mengawal kehendak rakyat dan ikut mengawasi pemerintahan dan parlemen dengan berjuang melalui beberapa LSM. Eva tetap berkegiatan di Kemitraan, Seknas Jokowi, dan Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat.
Modal Eva memang cukup besar. Selain lama bergabung dengan LSM, dia juga kritis. Dia juga dibekali dengan sejumlah aktivitas, di antaranya pernah mengikuti Summer Course Democracy and Pluralism di Polandia (2001), Global Woman Leadership di Amerika (2007), Woman Leaders in Moslem Countries (2007), dan mengikuti Summer Course Public Account Committee di Australia (2008).
Mantan aktris Nurul Arifin, yang dikenal cukup vokal di DPR, justru berniat kembali mengabdi di Partai Golkar seusai tak terpilih lagi. Nurul tercatat jadi salah satu Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar.
Sejauh ini, Nurul memang berhasil membuktikan diri tidak sekadar jual kecantikan di panggung dunia politik. Dia membuktikan diri sebagai politisi tulen. Nurul, peraih Young Global Leaders dari World Forum-Swiss, itu kini hanya membutuhkan wahana yang tepat untuk kembali memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Apakah Nurul masih tertarik jadi Wali Kota Depok? "Untuk itu lihat mandat partai dulu," ujar Nurul. Pendulum memang sedang bergeser. Baru saja DPR memutuskan kepala daerah tidak lagi dipilih langsung, tapi melalui DPRD.
Mereka yang hengkang dari Senayan memang punya strategi masing-masing untuk menjalani hidup di masa depan. ”Mudah-mudahan lancar dan bermanfaat untuk bangsa dan negara,” kata Hajriyanto.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR