Indonesia kini berada di peringkat ketujuh dunia dalam Homeless World Cup, sebuah ajang sepakbola bagi kaum marjinal. Nama harum itu diperoleh dari sepak terjang Indonesia selama tiga kali ikut serta ajang tersebut. “Kita yang terbaik di Asia. Bahkan tidak ada negara Asia yang masuk 10 besar,” papar , Febby Arhemsyah, manajer tim nasional Homeless World Cup 2014.
Di balik reputasi itu, selama ini tim nasional bersama komunitas Rumah Cemara, Bandung, Jawa Barat, berkiprah secara mandiri: pendanaan, manajemen dan seleksi pemain.
Keinginan besar untuk ikut dalam Homeless World Cup telah tumbuh sejak 2010. Sayangnya, gairah itu mesti pupus di tengah jalan karena tidak mampu mengirim tim nasional ke Brasil.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tim nasional mesti berlatih dan mengembangkan diri dalam keterbatasan. “Kendala terbesar memang dana,” Febby menegaskan. Sebagai manajer tim, dia mengurus segala hal di luar lapangan: menggalang pendanaan, promosi, dan memastikan keberangkatan tim.
Pada 2012 misalnya, Rumah Cemara bersama manajer tim menggalang dana melalui program ‘Seribu untuk Satu’. Galang dana ini mengajak masyarakat turut mengulurkan Rp1000 bagi tim nasional. Sementara pada 2013, Febby menebar celengan ayam, yang menampung sokongan masyarakat.
Kebutuhan dana yang terbesar untuk mengirim 8 pemain, pelatih dan manajer. Sebagian kecil dana yang lain digunakan untuk pemusatan latihan. “Ada 10 orang yang mesti berangkat, tim inti, satu pelatih, satu manajer,” lanjut Febby. Bila dibandingkan dengan negara lain, tim nasional Indonesia sungguh serba terbatas. Tanpa pedampingan medis, psikolog dan terapis. “Tim Inggris misalnya, didampingi psikolog dari Manchester United. Bahkan di seragam tim ada bendera dan logo federasi sepakbola nasionalnya. Jadi benar-benar berasa ‘Piala Dunia’.”
Ini karena tim nasional Inggris memang didukung oleh FA—federasi sepakbola negara itu. Setiap klub sepakbola Inggris juga menjadikan Homeless World Cup sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya. Dan itu, tutur dia, bergantian setiap tahun. “Tahun ini dari Manchester United misalnya, tahun selanjutnya dari klub lain.”
Makin mendekati Homeless World Cup 2014 pada Oktober nanti, tim nasional terus memompa diri: fisik, mental, teknik, dan harapan bagi perubahan. Manajer tim juga memantapkan diri: galang dana, dukungan dan memastikan tim nasional berangkat untuk kembali mengukir prestasi.
Di bawah asuhan pelatih Bonsu Hasibuan, tim bakal digenjot dari segi teknik, fisik, dan mental. Penggemblengan hingga medio Oktober 2014, saat tim nasional akan berangkat ke Chile.
Selama tiga tahun ini, PT Pertamina EP turut menyokong tim nasional untuk berlaga di Homeless World Cup. Atas nama masa depan bangsa, dukungan
PT Pertamina EP untuk memberi kesempatan bagi kaum muda mereguk prestasi dan perubahan.
Pada anak bangsa itulah masa depan kehidupan negeri ini bertumpu. Terjerembab dalam kubangan narkoba dan mengidap HIV bukanlah akhir dari perjalanan hidup. Buktinya terpampang di komunitas Rumah Cemara yang tak lekang membantu putra-putri Indonesia menatap masa depan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR