Di tiga wilayah negara di mana Ebola merebak—Guinea, Sierra Leone, dan Liberia—sistem dan sumberdaya layanan kesehatan yang ada sangat memprihatinkan, hingga kemampuan mereka untuk mengendalikan wabah ini begitu terbatas.
Guinea, Sierra Leone, dan Liberia pula mencatat angka kematian bayi tertinggi di dunia. Inilah indikasinya sebuah sistem kesehatan gagal.
Beberapa orang ahli mengatakan ketiadaan sumberdaya yang memadai, membuat wabah Ebola sulit dibendung. Padahal, Ebola sebenarnya bisa diperangi.
"Di rumah sakit di Sierra Leone atau Guinea, tidak lazim untuk berkata, \'Saya butuh sarung tanganuntuk memeriksa pasien ini,\' paling-paling Anda diberi tahu \'Kami tidak memiliki sarung tangan untuk rumah sakit ini,\' atau \'Kita kehabisan jarum suntik bersih\' — bahwa segala macam hal yang sangat diperlukan untuk proteksi terhadap Ebola sangat kurang," ujar Daniel Bausch, profesor di Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine, yang ikut terlibat bersama WHO dan MSF dalam penanganan pandemi ini.
Bausch bersaksi, bahkan ketika dirinya berjalan masuk ke rumah sakit pada pagi hari, dia menemukan para pasien terinfeksi berada di lantai dalam genangan muntah, darah, dan tinja. Mereka telah turun dari tempat tidurnya sepanjang malam, mengigau.
Miskin dan buta huruf
Benarkah kemiskinan merupakan salah sebuah alasan cepatnya penyebaran wabah? Ada benarnya. Faktanya, dana kesehatan di negara-negara Afrika Barat ini kurang dari $100 per orang per tahun. Di samping kemiskinan sistem kesehatan yang buruk, faktor buta huruf menyumbang masalah lain untuk Ebola.
Tingkat melek huruf yang rendah membuat para petugas memiliki hambatan besar dalam penyampaian informasi tentang Ebola dan kampanye tentang bagaimana mencegahnya menular dari satu orang ke orang lain.
Masyarakat pun lebih percaya dengan mitos-mitos penyembuhan penyakit ini. Seperti air panas dicampur garam dapat menghentikan Ebola. Atau ramuan coklat panas, kopi, dan bawang merah mentah dapat mengeluarkan virus.
Ebola saat ini telah menjadi sebuah krisis yang mengglobal. Angka kasus mencapai rekor terburuk: 4.500 lebih. Walau, itu belum seberapa karena angka sebenarnya diperkirakan jauh di atas angka resmi korban yang terlaporkan.
Juga dilaporkan, lebih dari 230 pekerja kesehatan meninggal terjangkit Ebola di Afrika.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR