Wilayah Banten dan Jawa Barat memiliki kekayaan aneka fosil atau kayu membatu dalam proses jutaan tahun, tapi belum optimal diolah menjadi komoditas seni bernilai tinggi.
Sentuhan pengerjaan oleh para pelaku seni mengangkat nilai di tingkat perajin yang selama ini hanya menghasilkan produk fungsional, seperti asbak ataupun patung-patung konvensional dari fosil.
Pameran "Langgam Logam, Sihir Batu" di Galeri Kemang 58, Jakarta Selatan, 12 November – 7 Desember 2014 menyajikan berbagai seni patung berbahan fosil dari seniman Rudi Hartono (41) dan seni patung berbahan alumunium dari Noor Ibrahim (48). Terutama untuk seni patung fosil, diharapkan mengurangi jumlah ekspor fosil gelondongan itu ke luar negeri dengan harga yang relatif rendah.
"Saya menjumpai di antara masyarakat Garut atau Rangkasbitung masih menjual fosil-fosil dengan satuan kilogram yang tergolong masih sangat murah. Melalui pameran ini, masyarakat perajin fosil diajak untuk meningkatkan kreasinya," kata Purnomo, penyelenggara Pameran "Langgam Logam, Sihir Batu", di Jakarta (17/11).
Purnomo menunjukkan salah satu contoh fosil karya masyarakat perajin yang diolah menjadi asbak. Bongkahan batu fosil untuk asbak itu cukup besar, akan tetapi kurang bernilai ekonomi.
Rudi Hartono atau lebih dikenal Rudi Crystal, berasal dari Jawa Timur, menghadirkan 16 patung dari fosil.
Kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, dosen Fakultas Seni Rupa Pascasarjana Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, mengatakan, fosil atau batu mulia menghadirkan cahaya, warna, barik, dan bentuk yang beraneka ragam.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR