Menyusuri alun-alun kota yang menjadi Titik Nol Kebumen, pertanyaan menyeruak di benak saya: apa kuliner lokal di tempat tinggal Kyai Bumi ini?
"Salah satu kuliner khas Kebumen itu sate ambal, mbak," seorang gadis ayu berjilbab yang sedang berada bersama adik-adiknya di sebuah sudut alun-alun, menjawab pertanyaan saya tersebut. Sesaat berbincang, dia menunjukkan ke saya gerobak sate yang rupanya mangkal tak jauh dari situ.
Sate ambal, yang cukup populer di kalangan warga di Kebumen, Jawa Tengah, adalah sate ayam yang disiram bumbu—terdiri atas campuran cabai, bawang merah, kunyit, dan tempe. Bumbu tempe kedelai ini yang membuat rasanya berbeda dari bumbu kacang biasa.
Satu porsi sate ambal berjumlah 20 tusuk jika tanpa lontong. Pak Tukir (57), penjual sate ambal, mengatakan, selain bumbu tempe, sate ambal juga khas sebab menggunakan ayam kampung dan ayamnya diolah dulu. Sate yang saya coba memang terasa empuk pun lezat.
"Ambal sebetulnya nama daerah di selatan Kebumen, dekat pantai, tempat kuliner ini berasal," terang Shohibur Fikri, pria yang juga asal Kebumen, sehari-hari bekerja sebagai auditor di kantor pemerintah daerah.
Menurut penuturan Shohibur, sate bercirikan saus tempe tersebut umum dijual dengan gerobak maupun di warung-warung pinggir jalan.
Sayang, kekayaan kuliner daerah ini tidak lagi ada banyak. Pasalnya, pemodal harus menghadapi persaingan bisnis yang semakin besar. "Pemiliknya cuma tinggal beberapa juragan, tapi ada reseller, hanya sudah mulai berkurang," kata Shohib.
"Tapi karena bahan-bahan dasarnya [dibuat] dari satu tempat yang sama, antar-gerobak rasa tidak jauh beda," tambahnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR