Kepulauan Derawan, yang menjadi tempat wisata andalan Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, memang menyajikan pesona bawah laut yang indah. Namun, kawasan itu tidak terurus baik. Sampah dibiarkan berserakan serta menumpuk di mana-mana. Bahkan, tidak ada tempat pembuangan akhir.
”Masalah sampah inilah yang belum terpecahkan. Derawan semakin dikenal, dikunjungi, suka tidak suka sampah pun bertambah. Sebagian kecil sampah dimusnahkan warga dengan cara dibakar, tapi sebagian besar sampah, ya, akhirnya tidak bisa dibuang,” kata Mapasikra Mapaselleng, Staf Ahli Bupati Berau, Minggu (7/12).
Pantauan Kompas pekan lalu, tampak sampah berserakan di seluruh penjuru Derawan, terutama di jalan di perkampungan, halaman rumah penduduk, dan pantai.
Ketika melongok dari atas jembatan kayu di pantai, sampah-sampah plastik terlihat jelas di dasar laut. Sampah juga tersangkut di terumbu karang. Puntung rokok pun dibuang di sembarang tempat.
Pulau-pulau lain yang termasuk Kepulauan Derawan, seperti Sangalaki, Kakaban, dan Maratua, juga tidak terbebas dari sampah. Kakaban, yang merupakan pulau karang tak berpenghuni, juga penuh sampah plastik. Kakaban memiliki danau habitat ubur-ubur yang tidak menyengat dan kini menjadi tempat favorit wisatawan.
Sampah juga tersangkut di terumbu karang.
Salah satu pengunjung, Novi Abdi, juga mengeluhkan soal sampah. Karyawan swasta asal Kota Balikpapan, Kaltim, ini sempat berkeliling Derawan dan menyelam di perairan Derawan, Sangalaki, Maratua, dan Kakaban. Dia melihat sampah di pulau-pulau itu.
”Sebagian warga belum menyadari persoalan sampah sangat mengganggu wisatawan. Di sisi lain, pemerintah kurang menyadarkan mereka. Akhirnya, ya, jadi begini, sampahnya di mana-mana. Di darat, pantai, laut, semuanya ada sampah,” ujar Novi. !break!
Menurut Budi, warga Derawan yang bekerja sebagai pemandu wisatawan, Derawan sangat membutuhkan tempat pembuangan akhir (TPA).
”Separuh sampah dihasilkan warga, tetapi separuhnya lagi adalah dari wisatawan. Ada warga yang masih membuang sampah sembarangan, tapi ada juga turis yang begitu. Larangan membuang sampah, kan, juga sudah ada, tapi ya, mau bagaimana lagi,” papar Budi.
Hal serupa juga dikeluhkan Mardiawati, pemilik penginapan (homestay) di Derawan. Ia mengatakan, tamu sering mengeluhkan sampah. Mereka berharap Derawan bersih.
Mapasikra mengutarakan, ada dua solusi pengelolaan sampah untuk Derawan, yakni dibakar dengan standar khusus seperti dilakukan rumah sakit atau mengangkut sampah memakai kapal ke Tanjung Batu. Kans terbesar adalah yang kedua, walau biayanya tetap tidak murah.
”Sebisa mungkin Derawan jangan sampai berurusan dengan sampah karena itu tempat wisata andalan kami, bahkan juga Kaltim. Jadi, solusi paling bagus—membawa sampah ke luar Derawan dan yang terdekat adalah Tanjung Batu. Ini masih kami pikirkan teknisnya,” katanya.
Sedikitnya 3.000 wisatawan berkunjung ke Derawan tiap bulan. Ini merupakan potensi pendapatan.
Karena itu, Pemkab Berau bertekad, tahun depan, masalah sampah sudah teratasi. Apalagi, tahun 2016 Berau menghelat Sail Derawan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR