Banyak korban tewas tsunami yang meninggal dalam kegelapan, dalam pusaran air yang penuh dengan batang pohon, perahu, mobil, dan potongan bangunan, kemudian diseret naik oleh ombak hingga beberapa kilometer ke tengah daratan, untuk terisap balik ke laut.
Thailand melihat kematian 5.395 orang karena tsunami ini. Setengah dari mereka adalah wisatawan asing yang sedang berlibur. Salah satu korban selamat asal Inggris, Andy Chaggar, sedang berada di dalam bungalonya di Khao Lak, Thailand, ketika tsunami tiba di pantai itu, menewaskan kekasihnya dan menyeret dirinya jauh ke daratan.
"Saya terseret di dalam air... di sana ada kaca, besi, potongan kayu, bata, itu seperti berada di dalam mesin cuci yang penuh dengan paku," tutur Chaggar, di pantai yang sama tempat dia kehilangan kekasihnya itu, Kamis (25/12).
Dalam bencana yang skalanya sudah bisa disebut tragedi tersebut, semua negara yang terdampak tsunami berjuang keras untuk memobilisasi bantuan, dengan tumpukan jasad membengkak bertebaran di bawah matahari tropis atau di rumah duka darurat.
Dunia internasional pun mengalirkan uang dan keahlian untuk membantu dan melakukan rekonstruksi di daerah bencana. Dana senilai lebih dari 13,5 miliar dollar AS--sekitar Rp 170 triliun dengan kurs sekarang--terkumpul dalam bulan-bulan pertama setelah bencana ini.
Hampir 7 miliar dollar AS--setara sekitar Rp 87,5 triliun--datang belakangan untuk membangun kembali lebih dari 140.000 rumah di seluruh Aceh, ribuan kilometer jalan, juga sekolah dan rumah sakit baru.
Tsunami menewaskan lebih dari 120.000 orang Indonesia, dengan puluhan ribu yang lain hilang hingga sekarang, dengan puluhan ribu dari mereka adalah anak-anak. Namun, bencana ini pun menjadi tonggak awal bagi kesepakatan damai Gerakan Aceh Merdeka dengan pemerintah Indonesia di Jakarta.
Pun, tsunami ini telah mendorong pembangunan sistem peringatan dini, berupa alat pengukur laut dan pelampung, sementara negara-negara yang terdampak juga mulai berinvestasi lebih baik soal kesiapsiagaan bencana.
Meski demikian, banyak pakar memperingatkan bahwa masyarakat yang rentan bencana alam, pada umumnya juga adalah masyarakat yang rawan mengalami "amnesia bencana".
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR