Ketika pemindaian dilakukan secara masif, ternyata para pelarian itu terbaring di dinding kota Pompeii kuno, yang sebenarnya memungkinkan mereka melarikan diri.
"Rasanya aneh mengupas kisah lama tentang orang-orang ini, karena mereka telah menjadi bagian dari sejarah modern Pompeii sebagai situs arkeologi," terang Kevin Dicus, asisten profesor di Classics Department, University of Oregon, yang mendalami Pompeii dan turut membantu pekerjaan Lazer dan tim.
"Namun kini kita memiliki teknologi untuk meneliti lebih dalam, benar-benar melihat lebih dalam ke plesternya."
Hal pertama yang mereka temukan bahwa seorang pria di kelompok keluarga pedagang, berbeda dengan apa yang dianggap Maiuri sebelumnya. Maiuri mengira, pria dengan posisi setengah terbaring dengan bertumpu pada sikunya, menandakan sebagai bapak yang sedang melindungi keluarganya.
Baca Juga: Akrotiri, Kota Kuno di Santorini yang Bernasib Sama Seperti Pompeii
Ternyata pria itu mengalami radang sendi yang cukup parah pada salah satu pergelangan tangannya. Tak hanya itu, dia juga mengalami patah tulang selama menjelang kematiannya dan mengalami keretakan pada tulang tangan dekat ketiaknya.
"Sayangnya orang menganggapnya sebagai patung, bukan individu," Lazer berpendapat mengenai sakit yang diderita jenazah pria yang baru terungkap ini.
Apa yang dilaporkan Amedeo Maiuri, menurut Lazer dan tim, memiliki kebenaran pada dua individu anak di kelompok keluarga petani di sisi lain dalam rombongan. Bahwa, ada dua anak yang diduga kakak dan adik berusia empat sampai lima tahun. Kebenarannya dibenarkan dalam analisis gigi mereka setelah dipindai.
Jasad seorang anak juga ada pada tengah-tengah rombongan dengan pose tengkurap. Maiuri menggambarkannya sebagai anak perempuan yang kurus dan kurang bergizi.
Baca Juga: Penemuan Kerangka Manusia Mantan Budak di Kota Kuno Pompeii, Italia
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR