Ilmuwan menemukan mikroorganisme di dasar lautan yang tidak berevolusi selama 2 miliar tahun. Penemuan bakteri berusia lebih kurang 2 miliar tahun ini dinilai jadi bukti teori evolusi Darwin.
Dalam penelitian, ilmuwan mengobservasi komunitas fosil bakteri pemakan sulfur yang ada di Australia Barat. Di dua deposit, ilmuwan menemukan bakteri yang masing-masing berumur 1,8 dan 2,3 miliar tahun.
"Itu jarak evolusi antara trilobite (jenis arthropoda laut kuno yang telah punah) ke manusia," kata J William Schopf, paleontolog University of California di Los Angeles.
Schopf dan rekannya kemudian membandingkan fosil bakteri tersebut dengan komunitas mikroorganisme pemakan sulfur di lepas pantai Cili pada tahun 2007. Mereka tak menemukan perbedaan antara fosil dan bakteri yang masih hidup kini.
Dalam publikasi risetnya di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences bulan ini, Schopf menyimpulkan bahwa penemuan bakteri berusia 2 miliar tahun ini dinilai jadi bukti yang mendukung kebenaran teori Darwin. Hal ini berdasarkan tak adanya perubahan pada bakteri itu menunjukkan absennya perubahan pada lingkungan hidupnya.
"Mereka benar-benar terlindungi di lingkungan yang ada di Bumi yang tak berubah, sejak kita memiliki lautan," ungkap Schofp seperti dikutip New York Times, Senin (9/2).
Darwin dalam bukunya The Origin of Species menguraikan bahwa perubahan lingkungan akan memicu seleksi alam dan evolusi. Kenyataan bahwa dengan tak adanya perubahan lingkungan disertai dengan tak adanya evolusi juga mendukung teori Darwin.
"Evolusi adalah hasil dari adaptasi organisme pada perubahan fisik dan biologis di lingkungannya. Maka bila lingkungan tidak berubah, wajar bila organisme tidak mengalami perubahan," jelas Schofp terkait penemuan bakteri berusia 2 miliar tahun ini dinilai jadi bukti teori evolusi Darwin.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR