Kepala Observatorium Bosscha, Mahasena Putra mengaku capek bertindak konfrontatif kepada pemerintah dalam upaya penyelamatan Bosscha. Karena hingga kini upaya pemerintah untuk menyelamatkan Bosscha belum terlihat.
"Peneliti Bosscha berteriak-teriak soal kondisi Bosscha sejak zamannya Pak Bambang Hidayat tahun 1970-an. Tapi sampai sekarang belum ada hasilnya," ujar Mahasena di ruang kerjanya di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Taman Sari Kota Bandung, Selasa (10/3).
Seperti diketahui, obyek penelitian Observatorium Bosscha setiap tahunnya terus berkurang. Hal ini terjadi karena langit di lokasi Bosscha semakin terang akibat berdirinya bangunan-bangunan seperti villa, kafe dan restoran serta permukiman warga (Baca juga Bosscha Akan Membagikan Tudung Lampu untuk Kurangi Polusi Cahaya).
Mahasena mengaku tidak bisa menyalahkan masyarakat atas pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sekitar Bosscha. Walaupun dia berharap pemerintah menyelamatkan kondisi observatorium yang didirikan tahun 1923 tersebut. Namun hingga kini upaya penyelamatan tak juga terlihat.
"Capek juga konfrontatif. Akhirnya kami memutuskan menyelamatkan Bosscha lewat cara yang paling sederhana, yakni pembagian tudung lampu ke masyarakat di sekitaran Bosscha," imbuhnya.
Pembagian tudung lampu tahap pertama dilakukan Februari lalu sebanyak 300 buah. Saat pembagian, dia mengaku senang karena masyarakat menyambutnya dengan baik. Melihat itu, pihaknya berencana membagikan tudung lampu tahap kedua. Kemungkinan itu dilakukan pada hari ulang tahun Bosscha ke-150 yang jatuh Mei 2015.
"Biaya pembuatannya murah Rp 10.000 per tudung lampu. Dananya diambil dari uang masyarakat yang membayar tiket masuk ke Bosscha. Kami sadar langkah kecil ini tidak akan langsung menyelamatkan Bosscha. Langkah ini bagai menggarami air laut," ucapnya.
Meski demikian, upaya kecil ini akan terus dilakukan sekaligus bentuk kampanye upaya penyelamatan Bosscha. Ia berharap dengan tindakan kecil ini, pemerintah tergerak untuk mengoptimalkan langkah penyelamatan Bosscha.
"Kondisi Bosscha memang sulit. Karena itu pula kami akan mengembangkan observatorium nasional di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT)," tutupnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR