Penyakit ginjal kronis kini semakin banyak diderita masyarakat. Survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia menunjukkan, 12,5 persen dari populasi mengalami penyakit ini. Hipertensi dan diabetes diketahui menjadi pemicunya.
Awalnya, kerusakan ginjal tidak bergejala sehingga tak langsung diobati. Padahal, gangguan ginjal bisa mengakibatkan penurunan fungsi ginjal, dan di tahap lanjut membutuhkan cuci darah (dialisis).
Menurut paparan Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Dhameizar, Sp.PD-KGH, jumlah pasien dari hasil cuci darah (dialisis) akibat PGK kebanyakan dipicu oleh hipertensi dan diabetes.
“Jumlah pasien yang menjalani dialisis akibat hipertensi dan diabetes mencapai 60 persen,” kata Dhameizar dalam acara Peringatan Hari Ginjal Sedunia 2015: ‘Ginjal Sehat untuk Semua’ di Kuningan, Jakarta (12/3). Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ginjal Sedunia yang jatuh tiap hari Kamis minggu kedua bulan Maret.
Meskipun masih ada faktor lain yang bisa memicu PGK pada seseorang, namun Dhmeizar menuturkan dua penyakit ini bisa menjadi gejala klinis penyakit ginjal. Tak hanya itu, adanya batu ginjal dalam saluran kemih turut memicu penyakit tersebut.
Guru Besar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) DR. dr. Parlindungan Siregar, SP. PD-KGH menjelaskan penyakit ginjal kronis kerap disebut sebagai ‘the silent disease’.
“Penyakit ini baru diketahui orang kebanyakan sudah mencapai stadium 3-4, pasien heran saat disuruh cuci darah karena tidak tahu sudah terkena penyakit ginjal sebelumnya,” terang Parlindungan.
PGK dikenal sebagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Apabila sudah mengidap gangguan ginjal kronis, penderita tidak bisa kembali ke kondisi semula. Kerusakan akan terus berjalan dari stadium satu hingga stadium lima (akhir).
“Jangan sampai orang yang berisiko kena PGK, yakni yang memiliki diabetes, batu ginjal, atau hipertensi masuk ke dalam tahap awal. Kalau sudah masuk stadium 1, sudah tidak bisa disembuhkan dan (pengobatan) itu hanya bisa memperlambat prosesnya,” tegas Dhamaizar.
Sampai tahun 2012, pasien yang mengalami PGK stadium akhir sudah mencapai 100.000 pasien. Penyakit ini membutuhkan biaya amat tinggi, terutama untuk biaya cuci darah atau transplantasi ginjal. Karenanya, mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Menjaga kondisi ginjal bisa dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat. Kebiasaan yang memicu kondisi diabetes dan hipertensi perlu diwaspadai.
“Kita harus menjaga tubuh tetap bugar dan sehat, memonitor kadar gula darah rutin (bila ada genetik diabetes melitus), memonitor tekanan darah (bila ada potensi hipertensi), mencegah kegemukan atau obesitas, menjaga asupan air, menghindari rokok, menghindari konsumsi obat penghilang nyeri otot dan sendi, memonitor fungsi ginjal secara teratur bila ada faktor risiko,” kata Parlindungan.
Dharmaizar menambahkan, menjaga kesehatan ginjal bisa dilakukan pula dengan cukup meminum air, banyak mengonsumsi makanan berserat, dan mengurangi lemak.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR