Saban hari, buat memproduksi minyak, puluhan kapal laut lalu-lalang untuk mendukung operasi PHE ONWJ, didukung satu unit penampung minyak, serta kapal tanker.
Kelak, jalur kapal-kapal besar dari pelabuhan Cilamaya bakal memotong rangkaian pipa minyak di bawah laut. Bentangan pipa-pipa minyak mencapai 1.700 kilometer—dua kali panjang Pulau Jawa—dengan delapan jalur pipa besar berukuran 28 inchi.
Di bagian tengah blok ini, terdapat fasilitas produksi yang menjadi tulang punggung produksi migas PHE ONWJ. Kapal-kapal besar dari Cilamaya kelak akan membelah wilayah tengah tersebut.
!break!DALAM DISKUSI PANEL National Geographic Indonesia, hadir pula sejumlah pengamat. Polemik pelabuhan Cilamaya, antara PT Pertamina dan Kementerian Perhubungan menunjukkan lemahnya koordinasi. "Ini bukti bahwa satu tim tidak ngobrol," ujar Ina Primiana Syinar, Senior Advisor Supply Chain Indonesia.
Dia menegaskan semula pelabuhan Cilamaya ini tidak ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). "Awalnya, Cilamaya cuma terminal sebagai perluasan dari Pelabuhan Tanjung Priok," tuturnya. Sayangnya, ketika ada tawaran investor, lanjut Ina, lalu dibuat rencana pembangunan pelabuhan Cilamaya. "Kita seharusnya menolak, sehingga tidak terjadi seperti ini."
Ina tidak menyangkal perlunya infrastruktur pelabuhan untuk transportasi laut. Persoalannya, menyangkut lokasi pelabuhan yang tepat. "Untuk mengurai kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok, Cirebon bisa diberdayakan. Biar semua tidak ke Tanjung Priok, pelabuhan Cirebon bisa dibangun. Apakah kita tega, Pertamina yang sudah ada dari 1971 dimatikan begitu saja untuk kepentingan lain. Lebih mudah mencari sumber minyak atau lokasi pelabuhan baru?"
Ina menengarai pembangunan pelabuhan Cilamaya akan dilakukan oleh investor dari Jepang. Alhasil, yang akan tumbuh berkembang adalah jasa-jasa dari Jepang. "Harus hati-hati. Jangan sampai penduduk di lokasi pelabuhan itu tetap miskin. Kenapa pelabuhan tidak digeser ke Subang atau Indramayu?"
Pelabuhan Cilamaya, Ina mengingatkan, baru akan beroperasi pada 2022 sedangkan kebutuhan saat ini sudah mendesak, dan perkembangan terus ke arah timur dari Karawang. "Jadi, lebih baik ke arah Cirebon."
!break!Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudha menilai proyek Cilamaya adalah salah satu contoh surprise project yang kerap diusung oleh pemerintah tanpa perencanaan yang baik. "Di Indonesia sering muncul surprise project. Pelabuhan Cilamaya masuk kategori itu. Ini menjadi hal yang sedikit complicated," papar Satya, "proyek Cilamaya ini tidak terencana dengan baik."
Meski surprise project terkesan "lumrah" di Indonesia, namun Satya mengatakan semua pihak tidak boleh memaklumi, harus ada perubahan. Pelabuhan Cilamaya bisa menjadi studi kasus yang baik, dengan mengkaji ulang baik dan buruk proyek pembangunan yang diserahkan ke swasta.
Pelabuhan Cilamaya bukan ide yang jelek, hanya kebetulan berada pada lokasi yang sarat infrastruktur migas. "Sejak lama sudah ada pertumbuhan ekonomi migas di situ, sementara Cilamaya akan menjadi pusat pertumbuhan baru. Sekarang bagaimana agar yang baru tidak mengorbankan pusat ekonomi yang lama," tegas Satya.
Komisi VII dan komisi V DPR, paparnya, akan mencoba berdiskusi dengan beberapa pihak terkait untuk mengingatkan Presiden tentang hal ini. "Karena, kalau dibiarkan, proyek-proyek seperti ini bisa muncul lagi dan overlapping. Kita ingin bekerja bersama-sama, kita berkoordinasi."
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR