Tim astronom dari Yale University dan University of California di Santa Cruz menemukan galaksi yang berasal dari masa 670 juta tahun setelah Big Bang.
Galaksi itu menjadi petunjuk tentang kondisi alam semesta saat masih bayi sekaligus dinobatkan sebagai galaksi yang tertua dan terjauh dari Bumi.
"Ini benar-benar galaksi dari masa bayi alam semesta," kata Garth Illingworth, astronom dari UC Santa Cruz yang terlibat riset.
EGS-zs8-1 awalnya ditemukan astronom dengan melihat data yang telah dikumpulkan oleh wahana antariksa Hubble dan Spitzer.
Namun, astronom menganggap bahwa EGS-zs8-1 terlalu terang untuk berasal dari wilayah yang ditunjukkan oleh Hubble.
Untuk menentukan jaraknya, astronom melakukan pengamatan dengan instrumen MOSFIRE Infrared Spectograph di Keck I Telescope di Hawaii.
Penentuan jarak didasarkan pada perubahan cahaya dari galaksi tersebut, dari cahaya berenergi tinggi macam ultraviolet menjadi cahaya optik dan inframerah.
Alam semesta terus mengembang. Cahaya dari masa lalu menempuh jarak yang makin jauh. Dalam perjalanannya, cahaya itu mengalami perubahan panjang gelombang.
Analisis yang dipublikasikan di jurnal Astrophysical Journal Letters kemudian mengonfirmasi bahwa EGS-zs8-1 berasal dari masa 670 juta tahun setelah Big Bang.
Cahaya yang terdeteksi dari EGS-zs8-1 sangat redup. Namun, aslinya EGS-zs8-1 merupakan galaksi yang sangat aktif dan terang.
Galaksi itu menghasilkan bintang 80 kali lebih cepat dari Bimasakti, produktif dan subur. Bintang dengan massa total 8 miliar kali Matahari telah dihasilkan olehnya, 15 persen lebih besar dari massa Bimasakti.
"Kalau itu adalah galaksi yang berada di dekat Bimasakti sekarang, dia akan berwarna biru karena membentuk banyak bintang," kata Illingworth dikutip LA Times, Selasa (5/5/2015).
Observasi menunjukkan bahwa EGS-zs8-1 eksis saat alam semesta mengalami proses penting ketika hidrogen antar-galaksi berubah dari fase netral ke terionisasi.
"Tampaknya bintang-bintang muda yang dibentuk galaksi macam EGS-zs8-1 menjadi pendorong utama transisi yang disebut reionisasi ini," kata Rychard Bouwens dari Leiden Observatory.
Dari observasi, astronom bisa menyimpulkan bahwa saat bayi, alam semesta kaya akan galaksi-galaksi besar. Namun demikian, galaksi itu berbeda karakteristiknya dengan yang ada kini.
Dengan mengamati lebih lanjut galaksi yang seumuran dengan EGS-zs8-1, astronom nantinya bisa mendeskripsikan perkembangan reionisasi alam semesta.
Upaya itu nantinya akan didukung dengan James Webb Telescope yang akan diluncurkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada tahun 2018.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR