Fransiska Dimitri Inkiriwang (21), Mathilda Dwi Lestari (21), dan Dian Indah Carolina (19) mahasiswi Unika Parahyangan Bandung, esok hari akan lepas landas meninggalkan bumi pertiwi menuju pucuk tertinggi di Eropa dan Afrika, Elbrus pada ketinggian 5.642 mdpl dan Kilimanjaro (5.895 mdpl). Mereka akan menghabiskan waktu di sana hingga 27 Mei 2015.
Sebelumnya, menjelang peringatan hari kemerdekaan Agustus tahun silam, ketiga pendaki putri yang gemar melakukan window shopping ini berhasil meniti tali menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu Ndugu, Papua yang berselimut salju.
Hingga tahun depan, tim ekspedisi putri bertajuk WISSEMU (Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar) ini menargetkan diri akan mengunjungi empat titik tertinggi bumi lainnya: Vinson Massif di Antartika (4.892 mdpl), Aconcagua di Argentina (6.962 mdpl), Everest di Nepal (8.848 mdpl), dan Denali di Amerika Utara (6.194 mdpl), untuk meraih gelar seven summiteers, pendaki tujuh ancala tertinggi di tujuh lempeng benua.
Perjuangan mereka tidaklah ringan, mulai dari awal hingga akhir minggu, hari-hari mereka dipenuhi oleh cucuran keringat: berlatih beban, beryoga untuk melatih pernapasan, hingga berlari mulai dari kampus menaiki perbukitan nan curam, untuk tiba pada titik akhir rute mereka di Gunung Tangkuban Perahu.
”Saya yakin dengan usaha dan kerja keras yang sekarang terkesan berat, pada akhirnya semua ini akan selesai dengan senyum dan rasa bangga,” ujar Mathilda mengenai beratnya hari-hari latihan yang mereka lalui sejak Mei 2014.
Pada 6 Mei 2015, istri Gubernur Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan melepas kepergian tim ekspedisi putri ini di Bandung. Ia mengatakan bahwa langkah besar yang dilakukan oleh kaum perempuan ini bisa menjadi agent of change di tengah masyarakat. Pada akhir acara, ia berujar, “Belum tentu politisi, para pejabat birokrasi, dapat mengambil tantangan seperti yang kalian akan hadapi ke depan.”
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR