Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) lewat majalah terbitannya Dabiq mengklaim organisasi itu mampu membeli senjata nuklir pertamanya dari Pakistan dalam waktu paling lama satu tahun.
Dalam artikel terbaru di majalah itu dikatakan ISIS berkembang sangat cepat sehingga kini sudah mampu membeli senjata dengan harga yang sangat mahal.
Lewat artikel berjudul "Badai yang Sempurna" yang nampaknya ditulis oleh jurnalis Inggris yang saat ini disandera ISIS, John Cantlie, organisasi itu mengklaim memiliki uang jutaan dolar di bank.
Uang tersebut akan digunakan untuk membeli sebuah bom nuklir dari para pedagang senjata yang memiliki hubungan dengan para pejabat Pakistan yang korup. Artikel itu juga menyebut bahwa senjata itu dapat dengan mudah diselundupkan ke Amerika Utara lewat darat atau dengan menggunakan kapal.
"Skenario seperti ini memang masih sangat jauh dari kenyataan namun hal ini sangat mengkhawatirkan intelijen barat dan kemungkinannya terjadi saat ini lebih besar dibanding setahun lalu," masih kata artikel tersebut.
Artikel itu menambahkan, jika ISIS tak berhasil membeli senjata nuklir maka uang yang dimiliki masih lebih dari cukup untuk membeli berton-ton bahan peledak. Artikel itu kemudian diakhiri dengan sebuah peringatan tentang niat ISIS menguasai negara-negara Barat.
"Saat ini wilayah Negara Islam sudah melintasi sejumlah perbatasan layaknya kebakaran hutan yang tak terkendali. Sehingga hanya masalah waktu sebelum Negara Islam mencapai dunia Barat," pungkas artikel tersebut.
Namun, Direktur Pusat Studi Keamanan dan Intelijen Universitas Buckingham, Anthony Glees yakin Pakistan tak akan begitu gegabah menjal senjata nuklirnya kepada ISIS.
"Jika itu terjadi maka Pakistan sama saja dengan melakukan bunuh diri. Hal yang sama berlaku untuk ISIS, sebab begitu mereka memiliki senjata nuklir maka itu akan memicu intervensi militer dengan segera," ujar Glees.
Namun, Glees tak menutup kemungkinan ISIS mencari senjata nuklir dari pihak lain sehingga intelijen Barat akan berada di tingkat kewaspadaan tinggi untuk mencegah hal itu.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR