Setelah sembilan tahun mengungsi, akhirnya warga korban lumpur Lapindo Sidoarjo "Pulang Kampung". Mereka kembali membangun aktivitas sosial yang telah ditenggelamkan oleh bencana lumpur panas sejak 2006 lalu.
Festival "Pulang Kampung" adalah salah satu rangkaian acara peringatan sembilan tahun bencana lumpur Lapindo Sidoarjo, Jumat (29/5).
Di atas kolam lumpur di tanggul titik 21 di atas bekas Desa Siring, warga membuat miniatur sederhana perkampungan mereka dari bambu. Layaknya pemukiman, lahan sekitar 20 meter persegi itu didesain lengkap dengan kios berjualan, tempat ibadah, dan gedung sekolah, yang ditengahnya terdapat tiang bendera.
Beragam menu makanan jajanan khas dijual di kios-kios makanan seperti es teh, jagung, nasi bungkus, dan sebagainya.
"Kami sangat rindu suasana kampung kami, ya seperti ini dulu kampung yang kami tempati," kata Dwi Purwaningsih, eks warga Desa Siring RT 11 RW 2, yang kini pindah ke Desa Wunut Kecamatan Porong Sidoarjo.
Dia mengaku pasrah dengan apa yang sudah menimpa desa tempat dia dan keluarga besarnya tinggal. Yang dia harapkan, hanya yang bertanggung jawab atas bencana lumpur, baik itu pemerintah atau pihak PT Lapindo segera melunasi sisa ganti rugi senilai Rp 200 juta yang dijanjikan sejak lama.
"Katanya dijanjikan nanti setelah lebaran, semoga saja benar," ujarnya.
Festival pulang kampung menutup rangkaian kegiatan peringatan sembilan tahun bencana lumpur Lapindo yang digelar warga korban lumpur. Sebelumnya, warga juga mengarak patung berbentuk Bos Lapindo, Aburizal Bakrie ke tanggul Lumpur, dan doa bersama pada Kamis (28/5) malam.
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR