Tujuh negara yaitu Filipina, India, Selandia Baru, Amerika Serikat, Perancis, Polandia dan Indonesia dipastikan ambil bagian dalam Festival Bunga Internasional yang dijadwalkan berlangsung di Kota Bunga Tomohon di lereng Gunung Lokon, beberapa 22 km dari ibu kota Manado, Sulawesi Utara.
Perhelatan akan diselenggarakan dari 08-12 Agustus 2015, dengan puncak acara parade Bunga, sekitar 37 mobil parade akan melalau sepanjang jalan-jalan utama Tomohon sambil membawa display beberapa bunga. Setelah peserta internasional, akan ada arak-arakan dari perusahaan, BUMN, kabupaten di seluruh Indonesia dan banyak lagi.
Serangkaian acara lain yang tak kalah menarik diselenggarakan sebelum acara puncak parade bunga dilaksanakan. Dua di antaranya yakni lari 10 Km di sekitar Danau Tomohon Linow, serta parade Marching Band yang rencananya untuk memecahkan rekor MURI .
Untuk mempromsikan Parade Bunga, pemerintah Tomohon menggelar kampanye promosi di sepanjang Pantai Kuta di Bali pada 24 Juli untuk menarik wisatawan asing yang setiap hari berdatangan ke Bali agar mengunjungi Tomohon sebagai tujuan lain yang menarik di Indonesia.
Acara dua tahunan yang dimulai pada tahun 2008 ini telah mendapatkan banyak popularitas sejak pertama dilaksanakan..
Kota Tomohon merupakan sebuah daerah pegunungan yang sejuk meliputi 35 desa dan 5 kecamatan. Karena iklim yang menyegarkan dan sejuk, rumah di sepanjang jalan yang terlihat dihiasi dengan bunga-bunga cantik dan berwarna-warni. Tomohon juga pusat untuk belajar agama Kristen.
Ketika di Tomohon jangan lewatkan untuk mengunjungi pasar tradisional yang menawarkan berbagai macam bunga, sayuran dan daging. Sedangkan untuk makanan, Sulawesi Utara terkenal dengan makanan lezat, jadi ada banyak restoran di sini untuk memanjakan lidah. Tapi para Muslim sebaiknya berhati-hati, sebab penduduk di sini sebagian besar merupakan Nasrani, banyak restoran yang menyediakan menu dari daging babi.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR