Sejumlah gedung tinggi di Kota Pekanbaru, Riau, "hilang" ditelan asap, Selasa (28/7) pagi, akibat semakin parahnya kabut asap yang menyelimuti kota.
Berdasarkan pantauan pada pukul 07.00 WIB di sejumlah ruas jalan di Kota Pekanbaru, bangunan tinggi menjulang, seperti yang berada di Jalan Soebrantas Panam dan Jalan Jendral Sudirman, yang biasanya tampak berdiri gagah, kini tertutup asap.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan, jarak pandang hanya berkisar 1.500 meter pada saat itu. Menjelang siang, kondisi tak kunjung membaik, dan asap malah tampak semakin tebal.
BMKG mendeteksi sebanyak 148 titik panas di Sumatera yang tersebar di lima provinsi, yakni Bangka Belitung 9 titik, Lampung 4 titik, Jambi 35 titik, Riau 45 titik, dan Sumatera Selatan 55 titik pada Selasa pagi.
"Di Riau, titik panas tersebar di 10 kabupaten-kota," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin.
Sugarin mengatakan bahwa Bengkalis dan Indragiri Hilir merupakan daerah dengan titik panas terbanyak, yakni sembilan titik diikuti Dumai delapan titik, Meranti satu titik, Pelalawan empat titik, Kampar empat titik, Rokan Hilir satu titik, Rokan Hulu dua titik, Kuantang Singingi tiga titik, dan Indragiri Hulu dengan empat titik.
Sementara itu, untuk tingkat kepercayaan 70 persen mengenai indikasi keberadaan titik api, 33 titik tersebar di Riau, dengan Indragiri Hilir sebagai penyumbang titik api terbanyak, yakni delapan titik, diikuti Dumai dan Bengkalis, masing-masing tujuh dan lima titik.
Sebelumnya, kabut asap yang terjadi di Pekanbaru pada Senin (27/7) berimbas pada aktivitas hari pertama masuk sekolah di kota tersebut karena pekatnya kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan.
Untuk menanggulangi efek kabut asap tersebut, pihak sekolah bersama Dinas Kesehatan Provinsi Riau membagikan masker medis kepada siswa-siswa agar mereka tidak langsung menghirup asap yang membahayakan kesehatan.
Kepala SD Islam Terpadu Badan Pengelola Masjid An Nur, Raja Leni Marlina, mengatakan bahwa dirinya sangat mewaspadai bahaya asap bagi kesehatan siswa-siswa. Karena itu, pihaknya meniadakan apel pagi serta mengurangi jam pelajaran sekolah. Kesemua siswanya yang berjumlah 272 orang di sekolah tersebut dipulangkan lebih cepat pada pukul 11.00 WIB, dari jadwal normal pada pukul 14.30 WIB.
"Ini merupakan kebijakan sendiri karena kami sekolah swasta jadi tidak perlu menunggu kebijakan dari dinas pendidikan setempat. Bahkan, pada saat kabut asap sangat parah pada tahun lalu kami lebih dulu terpaksa meliburkan siswa sampai seminggu," ujarnya.
Kebijakan pihak sekolah untuk mengurangi dampak buruk kabut asap juga terlihat di SMK Muhammadiyah 1 Pekanbaru. Pihak sekolah membagikan 600 masker kepada siswa karena asap masuk ke dalam ruangan kelas.
"Pemberian masker kepada siswa ini adalah kebijakan darurat sehingga baru 600 masker yang bisa dibagikan, padahal di sekolah ini adalah lebih dari 1.000 siswa. Kami berharap ada bantuan masker dari pemerintah setempat," kata Wakil Bidang Sarana dan Prasarana SMK Muhammadiyah 1, Hendri.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR