Kepala Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan, ancaman kekeringan akibat gelombang panas El Nino akan mencapai puncaknya pada Agustus-September 2015. Oleh karena itu, ia menyarankan agar masyarakat lebih bijak menggunakan air.
"Terutama di daerah-daerah terdampak tentu kita perlu mengurangi konsumsi air, istilahnya menghemat. Tapi juga mencari alternatif untuk aktivitas yang konsumsi airnya banyak," kata Andi, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (6/8).
Menurut Andi, ia terus melaporkan secara rutin perkembangan gelombang panas El Nino kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla setiap 10 hari sekali. Puncak serangan El Nino, kata Andi, akan terus naik secara bertahap di bulan-bulan ini.
"Proses penguatan masih terjadi," ujarnya.
Ancaman kekeringan akan terjadi di wilayah Sumatera Selatan, beberapa wilayah Jawa, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara bagian Selatan, dan Papua bagian Selatan.
"Jadi tidak seluruhnya Indonesia akan kekeringan. Tapi memang ada beberapa daerah kekeringan, utamanya selatan khatulistiwa," kata dia.
Setelah serangan El Nino berlalu, kata Andi, Indonesia harus waspada pada munculnya gangguan iklim yang bernama La Nina. Saat La Nina datang, potensi hujan akan meningkat tajam dan berpotensi menyebabkan banjir.
"Jadi potensi banjirnya semakin besar. Oleh karenanya ini kesempatan bagus untuk memperbaiki, mengatur irigasi, air dan sebagainya," kata Andi.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR