Betapapun, kata Mursidi maupun Zein, mereka akan bertani biasa saja. Tidak mempersiapkan diri secara khusus "menyambut" El Nino, "ya karena, tidak dapat informasi atau penyuluhan" dari pihak pemerintah.
Di ujung lain Indonesia, Sabli, Ketua Kelompok Nelayan Tradisional Rote Timur, juga mengaku tak mendapat informasi apa pun dari pemerintah setempat tentang El Nino.
Karenanya ia tak tahu bahwa saat terjadinya el Nino, nelayan seperti dirinya bisa diuntungkan.
"Kami nelayan sih, melaut tergantung cuaca saja," katanya saat dihubungi BBC.
Ia membenarkan, di musim kemarau, angin biasanya lebih lemah, yang menguntungkan bagi nelayan untuk menangkap ikan.
"Tapi kemarin-kemarin ini, angin kencang terus, jadinya nelayan tradisional di sini, lebih banyak melabuh saja."
!break!Lepas dari itu, pengamat ekonomi pertanian dan direktur Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, situasi yang bisa dimanfaatkan kalangan seperti petani garam dan nelayan, adalah hal lain.
Dampak el Nino berupa kekeringan panjang itu adalah bagaimana dampaknya yang lebih luas pada perekonomian nasional.
"Ini kan akan berdampak pada produksi padi dan ketersediaan beras," katanya kepada BBC.
"Kalau ternyata tidak akan berdampak pada produksi gabah dan ketersediaan beras, ya syukur. Tapi ini harus dipastikan. Bahwa kebutuhan konsumsi dalam negeri akan tercukupi."
Andai ternyata tidak, menurutnya, tidak perlu risau namun antar sektor terkait, khususnya kementerian pertanian dan perdagangan dan lainnya, menggunakan data yang sama, sehingga kebijakannya benar-benar terancang untuk mengantisipasi kondisi kekeringan terkait el Nino.
Sebelumnya, di situs sekretriat kabinet, Menteri Pertanian mengaku pihaknya sudah melakukan antisipasi terhadp El Nino bahkan sejak awal tahun.
“Yang kita antisipasi adalah bulan September-Oktober. Tetapi kita sudah melakukan langkah-langkah antisipasi seperti pompanisasi, embung, dam parit, dan sumur dangkal,” kata Amran kepada wartawan di kantor Presiden, akhir pekan lalu.
Disebutkannya, yang endemis kekeringan mencapai 200 ribu hektar. Tahun lalu, sekitar 159 ribu hektar mengalami kekeringan, banjir, dan hama. Tahun ini, karena ada antisipasi lebih awal dengan membentuk tim Upsus (Upaya Khusus), "kita berhasil menyelamatkan kurang lebih 100 ribu hektar."
Ia juga mengatakan, stok pangan sebanyak 1,5 juta ton, masih aman hingga beberapa bulan mendatang.
Hal lain yang harus diantisipasi, kata Ketua BMKG Andi Eka Sakya, adalah potensi kebakaran hutan, khususnya di lahan-lahan gambut yang mengalami kekeringan.
Kendati, kebakaran hutan gambut di beberapa di Kalimantan dan wilayah lain sekarang ini harus diselidiki apakah terkait langsung dengan kekeringan yang diakibatkan oleh El Nino, atau pembakaran sengaja oleh pihak-pihak tertentu.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR