Nationalgeographic.co.id—Sulawesi dengan namanya yang berarti 'pulau besi', memang dikenal dengan hasil produksi besinya sejak lama di Nusantara. Berdasarkan naskah Majapahit abad ke-14 Nagarakertagama, kawasan Luwu, diduga merupakan penghasil besi yang diekspor ke Jawa karena kualitasnya yang tinggi.
Baru-baru ini, para arkeolog melaporkan situs besi kuno yang hilang sejak abad kedelapan. Situs itu berada di Pulau Ampat sekitar Danau Matano, Sulawesi Selatan. Shinatria Adhityatama dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang kini peneliti di Griffith Centre for Social and Cultural Research, bersama tim mempublikasikannya di jurnal Archaeological Research in Asia, Jumat (19/11/2021).
"Penelitian yang dilakukan pada 2016 dan 2018 oleh Pusat Penelitian Penelitian Arkeologi Nasional Indonesia mengkonfirmasi bukti yang dilaporkan sebelumnya bahwa sumber utama Pamor Luwu adalah bijih peleburan dari lingkungan Danau Matano," tulis Shinatria dan tim.
"Melengkapi sisa-sisa produksi besi di situs permukaan tanah, kami menemukan buktinya di situs bawah air bernama Pulau Ampat. Penelitian ini merupakan penelitian arkeologi bawah air pertama tentang prouksi besi di Asia."
Mereka menulis, zaman besi di Indonesia—khususnya Sulawesi—mirip ddengan ke zaman perunggu dan emas, yang oleh kalangan para ilmuwan menyebutnya sebagai Zaman Perunggu-Besi, Periode Paleometalik, atau Zaman Logam Awal. Kondisi seperti ini membuatnya berbeda dengan di Eurasia yang mana Zaman Perunggu ada berabad-abad sebelum Zaman Besi.
Diperkirakan Zaman Logam Awal di Nusantara ada sejak 600-500 SM, atau lebih lambat dari yang ada di Eurasia. Sebab ada banyak bukti di situs lain seperti di Bali, yang menggunakan pengolahan logam impor. Penggunaan bahan baku logam lokal diperkirakan terjadi abad pertama Sebelum Masehi dan abad pertama Masehi.
Halaman berikutnya...
Source | : | Science Direct |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR