Pada proyek-proyeknya, Edwards terkadang dapat menyelesaikan beberapa hasil foto dengan cepat, tapi tak jarang juga dibutuhkan waktu yang cukup lama karena proses yang dilakukan berulang-ulang demi menciptakan hasil foto yang memuaskan. “Itulah yang membuat fotografi menjadi sangat menyenangkan.”
Secara teliti dan hati-hati, Edwards menonjolkan detail-detail yang ada di dalam objek fotonya. “Pernah suatu saat pada proyek saya yang lain, saya membuat karya akan sebuah spesimen dengan detail kecil yang sangat saya tonjolkan. Kuratornya sendiri bahkan tidak menyadari bahwa itu adalah foto dari koleksinya,”ujarnya sambil tertawa. ”Akan sangat berbeda melihat sebuah spesimen yang ada di rak dengan yang sengaja dipertunjukkan. Spesimen tersebut akan terlihat begitu menonjol karena tidak ada hal lain yang mengalihkan.”
Edwards kemudian menunjukkan beberapa foto yang telah dia buat di museum tersebut. Sayangnya, hasil foto yang telah diciptakannya selama 2 hari tersebut tidak akan ikut dipajang pada pameran 125.660 Spesimen Sejarah Alam bersama koleksinya yang lain. Pameran yang diselenggarakan pada 15 Agustus hingga 15 September tahun 2015 ini merupakan pameran koleksi Wallace nya yang kedua di Indonesia. Pameran pertamanya di Indonesia diselenggarakan oleh Jonathan Zilberg, rekannya, di Plaza Senayan pada tahun 2008. Sayang, pada pameran perdananya itu, Edwards tidak dapat hadir karena sedang menyusuri jejak-jejak Wallace di Rio Negro, daerah terpencil di Amazon. Edwards sangat bersemangat akan pamerannya yang sekarang, apalagi dia bisa bersosialisasi dan berdiskusi dengan para pengunjung.
Tak Pernah Selesai
Sudah 8 tahun Edwards menekuni proyek Wallace dan sudah beribu foto spesimen yang berhasil ia kumpulkan. Satu pertanyaan kepada Edwards, kapankah proyek ini akan selesai? “Proyek ini tidak akan pernah selesai,”kata Edwards,”mengoleksi alam adalah kegiatan yang tidak akan pernah benar-benar selesai.”
Namun begitu, Edwards memiliki rencana besar. Pada tahun 2023, untuk memperingati 200 tahun kelahiran Wallace, dia akan menggelar pameran besar dengan seluruh karyanya tentang Wallace dipajang dan dipamerkan untuk umum.
Satu hal yang masih dibutuhkan untuk mewujudkan pameran tersebut. “Saya ingin sekali mengunjungi Ternate,”kata Edwards. Kota Ternate adalah salah satu bagian krusial dalam perjalanan Wallace. “Saya bisa saja tetap membuat pameran, namun tanpa koleksi dari Ternate, rasanya tidak akan lengkap,”kata Edwards.
Penulis | : | |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR