Gerak-geriknya menunjukkan kegelisahan, Iqlima tampak terganggu oleh keriuhan yang terjadi di sekitarnya. Antusias para hadirin yang siap melepas kepergiannya ternyata justru membuat sang elang betina itu merasa tak nyaman. Gerakan menarik diri pun mulai kerap ia lakukan, terus melesat ke sudut kandang hingga kedua kakinya terjebak di dalam jaring-jaring. “Dia mulai stres sehingga menjauh, cukup dulu ya nanti malah susah dilepas,” ujar Dian sembari membebaskan kaki elang yang dirawatnya selama empat bulan.
Iqlima, itulah nama yang diberikan untuk seekor Elang Ular betina berusia enam bulan. Sekitar empat bulan lalu seorang warga Sumedang menyerahkan Iqlima kepada pusat Konservasi Elang Kamojang. Setelah menjalani perawatan selama empat bulan, ia dinyatakan siap menantang alam liar. Pelepasliaran ini disaksikan oleh Sylvana Ratina, ketua BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Jawa Barat dan Helmi Budiman, Wakil Bupati Garut pada Selasa (8/9). “Harapan kami supaya populasi Elang, khususnya jenis endemik seperti Elang Jawa bisa terus bertambah. Mengingat bahwa lambang Garuda kita saat ini statusnya endangered, populasinya kurang dari 1000 pasang.” tukas Sylvana.
“Pelepasliaran ini merupakan yang ke-empat kalinya di tahun 2015,” tutur Zaini, ketua RAIN (Raptor Indonesia). Kegiatan mengembalikan satwa liar kepada habitatnya ini merupakan rangkaian program dari Konservasi Elang Kamojang Garut yang diselenggarakan oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE) sejak tahun 2014.
Program Konservasi Elang ini merupakan salah satu upaya PGE untuk mewujudkan komitmen dalam menjaga Kamojang, kawasan lestari yang telah menjadi lokasi pengembangan energi panas bumi selama 32 tahun. Hingga empat tahun mendatang RAIN dan BBKSDA akan terus dilibatkan dalam menambah populasi elang di Indonesia.
Elang-elang yang menjadi penghuni pusat konservasi ini terdiri dari hasil serahan warga dan sebagaian ditemukan di taman satwa dengan kondisi memprihatinkan. Hingga saat ini Pusat Konservasi Elang Kamojang memiliki 17 ekor elang yang terdiri dari 2 ekor Elang Jawa, 5 ekor Elang Brontok, dan 10 ekor Elang Ular termasuk Iqlima yang baru saja dilepasliarkan. Dalam waktu dekat program ini akan dikembangkan menjadi pusat edukasi Elang yang pertama di Indonesia.
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR