Perubahan iklim ternyata amat berdampak pada habitat beruang kutub (Ursus maritimus). Hamparan padang es yang semakin menciut, gletser yang pecah dan es yang terus meleleh menyebabkan beruang kutub semakin sulit berburu mencari mangsa. Untuk mendapatkan mangsa buruan, mereka harus berenang berkilo-kilometer untuk mencari makanan yang tidak selalu mereka dapatkan.
Fenomena beruang kutub betina yang kelaparan dan menyedihkan ini kemudian diabadikan oleh seorang fotografer asal Jerman, Kerstin Langenberger di Svalgard, sebuah pulau terpencil jauh di utara Norwegia, yang kemudian diunggah di laman Facebooknya.
Foto ini kini telah dishare lebih dari 41 ribu kali. Langenberger mengatakan bahwa meskipun para ilmuwan terus mengatakan bahwa populasi beruang kutub di Svalgard stabil, namun faktanya dia terus menemukan beruang kutub betina yang kurus dan kelaparan.
“Saya melihat gletser yang retak lalu runtuh, dan hilang puluhan hingga ratusan meter setiap tahun. Saya melihat hamparan es yang menghilang dengan cepat. Benar jika dikatakan bila saya telah melihat beruang kutub yang hidup dalam kondisi yang baik, namun saya pun telah melihat banyak dari mereka yang mati atau kelaparan,” jelas Langenberger.
“Banyak dari beruang yang gemuk adalah beruang kutub jantan, yang hidup di bongkahan-bongkahan es yang lebih banyak makanan. Sedangkan beruang kutub betina yang melahirkan bayi-bayi mereka, terlihat kurus dan kelaparan.”
Suhu air laut yang semakin menghangat pun memaksa para beruang kutub untuk hidup semakin ke utara dan memangsa buruan yang tidak pernah mereka jumpai sebelumnya. Contohnya tahun lalu, dilaporkan beruang kutub memangsa seekor lumba-lumba moncong putih yang dilaporkan belum pernah dijumpai jauh di utara Svalbard.
Sebagai tambahan, belum lama ini fotografer National Geographic Paul Nicklen juga memposting foto beruang kutub yang mati di Svalbard. Nicklen yang tumbuh di kawasan arktik sebagai ahli biologi, mengatakan bahwa sebelumnya dia tidak pernah menemukan beruang kutub yang mati”.
Beruang kutub masuk dalam daftar “rentan” daftar IUCN red list, karena diyakini populasinya telah berkurang 30% dalam 45 tahun terakhir. Berkurangnya habitat dan semakin sulitnya mencari mangsa buruan, akibat pencairan es kutub menjadi ancaman nyata keberadaan satwa ini.
Pihak IUCN menyatakan bahwa “Perubahan iklim sangat mengancam masa depan beruang kutub. Dalam 50-100 tahun ke depan, tutupan es di kutub akan hilang dalam jumlah yang dramatis”
Apakah di tengah perubahan iklim yang terus berlangsung, masih ada masa depan yang cerah bagi beruang kutub?
Penulis | : | |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR