Beberapa hari sebelumnya, keempat pembicara muda tersebut turut berkampanye dalam rekrutmen National Geographic Young Explorers Grant di kampus Universitas Indonesia, Universitas Nasional, dan Institut Pertanian Bogor. Kelak, akan lahir peneliti-peneliti muda asal Indonesia berkat program hibah ini.
Hannah Reyes bercerita kepada para peserta diskusi "Explorers Day" di Bentara Budaya Jakarta, Minggu (18/10), terkait dana hibah yang diperolehnya dari National Geographic Society. Hannah adalah penerima Young Explorers Grant untuk proyek fotonya dalam mendokumentasikan suku-suku di Filipina. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Explorer Talk menjadi penutup diskusi sore itu. Tim Laman, fotografer National Geographic, berkisah tentang penyelisikannya yang terinspirasi oleh peneliti abad ke-19 yang sohor, Alfred Russel Wallace. Tim meneliti tentang kehidupan orang utan di Sumatra dan Kalimantan, juga burung-burung di Papua.
Selepas makan malam, tarian Reog Ponorogo dipentaskan untuk menghibur tetamu di puncak acara. Salah satu budaya tradisi asal Jawa Timur ini dibuka dengan beberapa perempuan penari jaran kepang, penari warok yang menyemburkan atraksi lidah api, kemudian laga singa barong menjadi adegan penutupnya.
Tim Laman, fotografer National Geographic menjelaskan proyek terkait orang utan dan cenderawasih yang dikerjakannya di Kalimantan dan Papua kepada para pengunjung yang memadati Bentara Budaya Jakarta, Minggu (18/10). (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Puncak acara tiba, Didi Kaspi Kasim bersama Vice President Research, Exploration, and Conservation National Geographic Society John Francis; Director Group of Magazine Elwin Siregar, dan Publisher Editorial General Interest Media Group of Magazine Harry Kristianto, membubuhkan tanda tangannya dalam sampul simbolis edisi spesial tersebut.
Explorer’s Day merupakan puncak gempita perayaan satu dekade National Geographic Indonesia. Untaian acara perayaan itu dibuka pada April 2015 dalam sajian peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora yang bertepatan dengan ulang tahun majalah tersebut.
Mampukah kita bertahan dari perubahan iklim? Mari, bersama memperbaiki pandangan dan perangai kita terhadap Bumi. “Semoga kita selalu berkomitmen untuk menjaga Bumi,” ungkap Didi, “dan selalu menginspirasi orang untuk tetap peduli dengan planet ini.”
Sampul depan majalah National Geographic Indonesia edisi November 2015. (National Geographic Indonesia)
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Dok Grid |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR