Ketika mengalami jatuh cinta atau melihat kerabat kita yang sedang jatuh cinta, sepertinya ada perubahan yang bisa kita rasakan. Sepertinya sulit menemukan sesuatu yang rasional karena tak jarang seseorang yang sedang di mabuk cinta terlihat sedikit “tidak waras”. Ternyata, jatuh cinta sebabkan perubahan kimiawi pada otak kita.
Seorang professor antropolog di Rutgers University, Helen Fisher bersama dua rekannya, menggunakan mesin MRI untuk mengakaji otak orang-orang yang mengatakan bahwa dirinya sedang jatuh cinta berat. Ketika subjek penelitian memandang foto kekasihnya, maka area tegmental ventral dan inti kaudat akan “menyala”. Inti kaudat adalah area jaringan kerja reseptor padat untuk transmiter saraf dopamin.
Donatella Marazziti, professor psikiatri di University of Pisa di Italia juga melakukan penelitian. Ia mengukur kadar serotonin pada transmiter saraf serotonin di dalam darah orang yang sedang jatuh cinta selama beberapa bulan dan pikirannya dipenuhi oleh kekasihnya selama beberapa jam setiap hari.
Dalam penelitian tersebut, Marazziti menemukan bahwa kadar serotonin pada orang yang sedang di mabuk cinta setara rendahnya dengan kadar serotonin pada orang yang mengalami gangguan obsesif kompulsif atau semacam terobsesi dengan sesuatu secara berlebihan (bersifat memaksa).
Jadi, jika sedang di mabuk cinta dan kita merasa seperti “tidak waras”, ada penjelasannya secara ilmiah, karena jatuh cinta memang sebabkan perubahan kimiawi pada otak.
(Mark Leyner & Billy Goldberg dalam “Why Do Men Fall Asleep After Sex?”. Penerbit: PT Gramedia Pustaka)
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR