Nationalgeographic.co.id—Pada 2013, para dokter memberikan diagnosis yang mengubah hidup seorang perempuan di Esperanza, Argentina. Perempuan itu dinyatakan telah tertular HIV, virus yang menyebabkan AIDS.
Namun delapan tahun kemudian, virus itu telah menghilang dari tubuhnya. Perempuan berusia 30 tahun yang disebut Pasien Esperanza ini tampaknya menjadi orang kedua yang sistem kekebalan tubuhnya mampu membersihkan virus HIV tanpa terapi antiretroviral.
Faktanya, para peneliti yang tercengang memang tidak dapat menemukan bukti adanya partikel virus HIV di tubuhnya. "Analisis sejumlah besar sel dari darah dan jaringan, menunjukkan bahwa pasien ini mungkin secara alami mencapai penyembuhan sterilisasi," tulis mereka pada dalam sebua laporan yang terbit di jurnal Annals of Internal Medicine pada November 2021, sebagaimana dilansir Live Science.
Ini merupakan kasus kedua yang diketahui dari sistem kekebalan seseorang yang mampu menghilangkan HIV tanpa transplantasi sumsum tulang atau intervensi obat, menurut STAT. Kasus pertama adalah seorang wanita California bernama Loreen Willenberg, yang pada tahun 2020 menemukan bahwa virus itu sudah tidak ada di tubuhnya untuk pertama kalinya dalam 27 tahun, sebagaimana diberitakan The New York Times.
Hanya ada dua orang lainnya –dengan nama samaran yang dikenal sebagai Pasien London dan Pasien Berlin– yang pernah disembuhkan dari HIV. Namun mereka berdua bisa sembut setelah sel-sel kekebalan mereka sepenuhnya diganti melalui terapi sel punca, menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2020 di jurnal The Lancet.
Identitas Pasien Esperanza itu sengaja tidak diungkap oleh para dokternya demi melindungi anonimitasnya di negaranya di mana orang-orang dengan status HIV-positif masih distigmatisasi negatif. Para profesional medis mengatakan bahwa dia termasuk dalam kelompok langka pasien HIV yang disebut "para pengendali elite."
Halaman berikutnya...
Source | : | The New York Times,medscape.com,Live Science,NBC News |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR