Nationalgeographic.co.id—Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), capaian akses air bersih yang layak di Indonesia saat ini baru mencapai 72,55 persen. Angka ini masih jauh di bawah target Sustainable Development Goals (SDGs) yang sebesar 100 persen.
Jika dirinci, ada sebanyak 33,4 juta penduduk di Indonesia yang kekurangan air bersih. Selain itu, ada 99,7 orang di Indonesia yang kekurangan akses untuk ke fasilitas sanitasi yang baik.
Masalah kekuarangan air bersih dan kekurasangan akses untuk ke fasilitas sanitasi yang baik ini juga dialami oleh para penduduk di Sumatra Utara, termasuk Kota Medan yang merupakan ibu kotanya. Ade Anggriani, salah satu penduduk di Medan yang kekurangan akses air bersih, mengatakan bahwa keluarganya harus membayar Rp12.000 demi mendapatkan 90 liter air bersih untuk keperluan mereka setiap harinya. Pembelian air tersebut dilakukan dengan menggunakan wadah jeriken yang berat untuk diangkut setiap harinya.
Selain menyulitkan ketimbang penggunaan air yang disalurkan lewat pipa-pipa, pembelian air dalam jeriken-jeriken itu juga jauh lebih mahal. Sebagai perbandingan, tarif harga air dari PAM Jaya untuk warga Jakarta hanyalah Rp5.500 per 20 meter kubik atau setara dengan Rp24,75 rupiah per 90 liter air bersih untuk keluarga kelas bawah. Angka itu jauh lebih murah dibanding harga Rp12.000 per 90 liter air yang mesti dibayar penduduk miskin di Medan yang masih kesulitan mendapat akses air bersih tersebut.
Bahkan tarif air dari PAM Jaya untuk keluarga kelas atas di Jakarta pun hanya Rp9.800 per 20 meter kubik atau setara Rp44,1 per 90 liter air bersih. Ini masih jauh lebih murah juga.
Untungnya, kini keluarga Ade Anggriani yang tinggal di Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, tak perlu lagi membayar Rp12.000 per hari demi hanya mendapatkan 90 liter air bersih tiap harinya. Berkat program Master Meter, Ade dan keluarga kini bisa mengehemat pengeluaran Rp12.000 per hari atau Rp360.000 per bulan untuk pembelian air tersebut.
"Kini uangnya bisa kami pakai untuk keperluan yang lain," tutur Ade penuh syukur dalam video yang ditayangkan di acara Media Briefing 'Program Penyediaan Akses Air Bersih Melalui Sistem Master Meter di Medan, Sumatra Utara' pada Kamis, 2 November 2021.
Program Master Meter ini dibuat oleh Coca-Cola Foundation Indonesia bersama USAID, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi, dan Perkumpulan Arta Jaya, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbasis di Medan. Melalui program ini, sebanyak enam sistem master meter kini telah terpasang dan dirancang untuk menyediakan akses air minum perpipaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kelurahan Besar dan Kelurahan Rengas Pulau di Medan, Sumatra Utara. Tersedianya akses air bersih yang memadai ini diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di kedua daerah tersebut.
Baca Juga: Ritual Giwu, Sanksi Adat Dijatuhkan Demi Kelestarian Danau Poso
Baca Juga: Tak Ada Akses ke Air Minum Bersih, Anak-anak Indonesia Beralih ke Minuman Manis
Fasilitas Master Meter ini telah beroperasi penuh sejak bulan November 2021 dan akan meningkatkan akses air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak bagi 400 rumah tangga dengan 40% tingkat kesejahteraan terendah di wilayah tersebut. Jaringan perpipaan sambungan rumah sepanjang 1.679,15 meter telah terhubung ke rumah-rumah warga untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minum bagi sekitar 2.000 warga dengan biaya yang lebih rendah dan terjangkau.
Selama ini, masyarakat yang bermukim di wilayah Kelurahan Besar dan Kelurahan Rengas Pulau mengalami masalah kesehatan akibat rendahnya kualitas kebersihan air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, warga yang sebagian besar bermata pencaharian di sektor informal seperti buruh harian, pemulung, penarik becak dan lainnya mengalami kesulitan untuk menjangkau akses instalasi jaringan perpipaan air minum yang ada saat ini dikarenakan keterbatasan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 dari 10 sumur di wilayah tersebut tercemar oleh bakteri Escherichia coli yang merupakan penyebab diare.
Kabir Bedi, Direktur Utama PDAM Tirtanadi, mengatakan bahwa program ini adalah sebuah solusi nyata bagi warga miskin yang selama ini tak terjangku sistem perpipaan air PDAM. "Sistem perpipaan Master Meter diharapkan dapat memberikan manfaat berupa solusi sambungan perpipaan air bersih bagi masyarakat yang bermukim di wilayah informal atau yang secara teknis tidak terjangkau oleh pelayanan sambungan perpipaan rumah reguler PDAM."
Baca Juga: Seperti Pengemudi Ojek, Hari Ini Pemulung Sampah Punya Aplikasi
"Memastikan akses yang adil terhadap layanan air bersih dan sanitasi merupakan tujuan penting yang membutuhkan kontribusi dari banyak sektor," ucap Hung Vo, Urban Environment Officer USAID Indonesia. "Kemitraan kami mendukung PDAM Tirtanadi, Perkumpulan Arta Jaya, dan kelompok masyarakat untuk merancang dan mengimplementasikan sistem Master Meter dengan lebih baik dan memastikan bahwa sistem tersebut melayani masyarakat dengan baik."
Atas program ini, Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi menyampaikan apresiasinya. "Kami sangat mendukung program ini sebagai salah satu solusi untuk menjawab tantangan penyediaan fasilitas air minum perpipaan dan sanitasi yang layak bagi masyarakat, terutama untuk menjangkau mereka yang tinggal di daerah terpencil. Kerja sama ini dapat membantu target pemerintah dalam mendorong percepatan distribusi pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat di Kota Medan, sekaligus ke depannya dapat menjadi percontohan bagi wilayah lainnya," ujar Edi.
Triyono Prijosoesilo, Ketua Pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia, juga menyampaikan apresiasi atas kerja sama antara berbagai institusi dalam program ini. "Fasilitas Master Meter diharapkan dapat meningkatkan ketahanan air masyarakat dengan menyediakan solusi perpipaan air bersih bagi warga dan juga memajukan taraf hidup mereka melalui penerapan perilaku hidup bersih."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR