Para ilmuwan di China telah mengumumkan rencana untuk membangun pabrik kloning hewan terbesar di dunia. Rencana ini, menurut para ilmuwan, merupakan bagian dari upaya penyelamatan spesies yang terancam punah—juga untuk memenuhi stok kebutuhan pangan.
Reaksi pun datang beragam. Beberapa pengguna media sosial mengaku skeptis dengan langkah yang kabarnya akan dimulai pada semester kedua 2016 ini.
BoyaLife, perusahaan yang bermitra dengan Sooam Biotech dari Korea Selatan, mengatakan bahwa fokus kerjanya adalah untuk memenuhi kebutuhan daging di China. “Kami akan menempuh jalan yang belum pernah dilakukan oleh orang lain,” ujar kepala eksekutif BoyaLife, Xu Xiachun, kepada The Guardian.
Pabrik ini berharap bisa menghasilkan sekitar 100 ribu embrio sapi per tahun—sekitar 5% dari kebutuhan daging sapi di Negeri Tirai Bambu itu.
Kloning hewan pedaging sejatinya bukan isu baru. Pada 2010 lalu, daging sapi hasil kloning telah masuk ke industri makanan di Amerika Serikat.
“Apakah daging itu akan dijual di Korea Selatan atau China? Jika di China, silakan bagi para pemimpin negara untuk mencobanya terlebih dahulu!” salah seorang pengguna sosial berusaha mencecar.
“Daging sapi ini, pertama-pertama harus disimpan untuk para pemimpin di pemerintahan pusat; baru setelah mengonsumsi selama 10 tahun, mereka bisa memberikannya kepada kami,” Sky News mencatat komentar lainnya.
Tak hanya sapi, para ilmuwan di pabrik itu juga berencana untuk mengkloning juara pacuan kuda dan anjing pelacak yang akan digunakan untuk mencari obat-obatan terlarang atau orang-orang selama bencana alam.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR