Bila hiruk-pikuk Ibu Kota sudah begitu menjemukan, ada baiknya jeda sejenak. Bersantai di Pulau Payung yang tenang menjadi pilihan menarik pada akhir pekan. Meski hanya 1 jam pelayaran kapal cepat dari Dermaga Marina, Ancol, suasana pulau di Kepulauan Seribu ini sama sekali berbeda dengan lima kota di DKI Jakarta.
Kemacetan lalu lintas, polusi, ataupun ketergesaan masyarakat kota besar akan tergantikan dengan pantai yang jernih dan pulau yang bisa kita kelilingi dengan berjalan kaki. Satu-satunya kendaraan bermotor yang rutin digunakan warga setempat adalah segelintir sepeda motor dan becak motor pengangkut sampah. Selebihnya, orang berjalan kaki atau bersepeda untuk menjelajah pulau ini.
Aktivitas di Pulau Payung berpusat di kawasan pantai. Selain ada dermaga, pantai yang berpasir putih itu juga menjadi tempat strategis untuk menikmati keelokan alam. Dua warung makan juga ada di pantai ini.
Pagi hari, kapal-kapal kayu pengantar wisatawan terlihat dari pantai. Keberadaan kapal ini menandakan lokasi penyelaman dangkal (snorkeling) yang dekat dengan pulau ini. Keelokannya? Jangan diragukan lagi.
Jumlah wisatawan di Pulau Payung yang belum sebanyak ke pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu juga menambah ketenangan pulau ini.
Mursalin, Ketua RT 006 RW 004 Kelurahan Pulau Tidung, mengatakan, pihaknya melarang perusakan terumbu karang di sekitar Pulau Payung.
”Enggak boleh lagi ambil ikan pakai potasium (potasium sianida) karena bikin karang mati. Mereka yang mencari ikan di karang juga tidak boleh merusak karang. Ambil batu karang untuk dijual juga tidak boleh. Ini yang membuat perairan di sekitar Payung masih bagus,” ucapnya.
Untuk menjangkau titik penyelaman di Pulau Payung, perjalanan dengan kapal dari Payung ke titik penyelaman dangkal membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja. Harga sewa kapal pun terjangkau, yakni Rp 300.000. Satu kapal bisa dimuati sampai 40 orang.
Sama seperti pulau-pulau wisata lain di Kepulauan Seribu, di Pulau Payung juga tersedia penyewaan alat snorkeling. Sebaiknya, wisatawan yang ingin menyewa peralatan selam dangkal memesan dahulu.!break!
Selain wisata air, berkeliling pulau bisa juga dilakukan untuk mengisi aktivitas di Pulau Payung. Pada siang hari, kita bisa melihat kaum ibu mengolah ikan hasil pancingan mereka menjadi ikan asin.
Pulau Payung juga memiliki dua sumur air tawar untuk kebutuhan masak atau minum. Sumur dengan air tawar ini tersedia gratis bagi siapa pun.
Saat musim buah sukun, kita bisa mencicipi sukun goreng yang renyah dan gurih. Selain itu, buah sukun juga diolah menjadi keripik. Tahun ini, musim buah sukun diperkirakan jatuh pada Agustus.
Kehidupan di pulau ini juga relatif hangat. Selain berlibur, kita juga bisa berbagi cerita dengan warga setempat.
Sebagai pulau yang tergolong kecil, warga di Pulau Payung saling mengenal. Bila ada pendatang, warga pasti langsung mengenali.
Menara suar
Pulau Payung juga memiliki mercusuar setinggi 30 meter. Kedip lampu yang terlihat saat malam tiba menjadi penanda bagi kapal-kapal yang melintasi perairan Kepulauan Seribu agar kapal tak menabrak daratan. Menara suar juga menjadi alat bantu navigasi perjalanan kapal.
Perairan di depan Pulau Payung ini adalah salah satu jalur pelayaran internasional. Kapal-kapal besar acap kali terlihat melintas di depan pulau ini.
Kepala Distrik Navigasi Kelas 1 Tanjung Priok Bambang Wiyanto mengatakan, mercusuar di Pulau Payung ini dibangun pada tahun 1976.
”Sebelumnya, ada juga menara suar. Kemudian, menara suar yang lama diganti dengan menara suar saat ini dengan ketinggian yang lebih dibandingkan yang dulu,” ucapnya.
Murtati (64), warga Pulau Payung, mengatakan, ayahnya merupakan penjaga menara suar pada masa awal berdirinya menara itu. ”Karena ayah saya ditugaskan di sini, kami sekeluarga ikut pindah dari Bangka ke Pulau Payung,” katanya.
Area mercusuar terletak di sisi barat dermaga dan dibatasi pagar. Namun, kita tetap bisa masuk ke area menara suar seluas 3.082 meter persegi ini.
Jika kita sudah puas berfoto-foto dengan latar belakang laut dan pantai, kompleks mercusuar ini pun bisa menjadi latar belakang selfie yang menarik!
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR