Penemuan terbaru menemukan bahwa adanya bakteri yang nampaknya menghasilkan bentuk novel form of antibiotics yang ditemukan tumbuh di jenggot seseorang.
Jenggot, jika kalian perhatikan, kembali menjadi tren. Jenggot dagu, Jenggot pada leher, dan jenis jenggot lainnya memiliki fansnya masing-masing. Para kritikus menganggap bahwa jenggot tidak hanya berupa hal yang menjengkelkan namun berpotensi pula menjadi sebuah pelabuhan para tungau-tungau yang tidak menyenangkan.
Jadi apa bukti bahwa jenggot itu menimbulkan risiko kesehatan? Pogonophobes, ialah orang yang memilki ketakutan kepada jenggot, sudah membuktikan bahwa menurut penelitan terbaru di New Mexico dimana mereka menemukan jejak bakteri enterik yang biasanya ditemukan pula di dalam tinja berada di sampel jenggot secara acak.
Namun, sebuah studi yang dilakukan di sebuah rumah sakit Amerika menghasilkan kesimpulan yang sangat berbeda. Dalam studi ini yang dipublikasikan di dalam Journal of Hospital Infection, mereka mengusap wajah sebanyak 408 staf rumah sakit yang memiliki jenggot dan tidak memilki rambut di wajah mereka .
Penelitian ini dilakukan karena kita tahu bahwa infeksi yang di dapat dari dalam rumah sakit adalah penyebab utama dan kematian di rumah sakit, banyak pasien yang mendapatkan sebuah infeksi sebelumnya ketika mereka memasuki rumah sakit. Tangan, jas putih, dasi dan semua peralatan disalahkan, namun, bagaian dengan jenggot ?
Para peneliti terkejut karena menemukan seorang staf rumah sakit yang mencukur bersih wajahnya dan bukan mereka yang berjenggot memiliki kemungkinan lebih untuk membawa sesuatu yang tidak menyenangkan ke wajah mereka sendiri. Namun untuk para kelompok yang berjenggot lebih memiliki tiga kali lebih mungkin untuk menyimpan spesies yang dikenal sebagai methicillin-resistant Staph Aureus di pipi yang baru saja dicukur oleh mereka. MRSA adalah sumber yang sangat umum dan menggangu infeksi yang didapat di rumah sakit karena tahan terhadap banyaknya antibiotik yang berada di sekitar kita.
Lalu, apa yang terjadi? Para peneliti menyarankan bahwa mencukur dapat menyebabkan micro-abrasions di kulit yang dapat mendukung perkembangan koloni bakteri dan proliferasi. Mungkin. Tapi terdapat juga penjelasan lain yang lebih masuk akal bahwa jenggot dapat melawan infeksi. Di dorong dengan rasa ingin tahu, Dr Adam Robert seorang ahli mikrobiologis yang berasal dari University College London, melakukan penelitian serupa dengan mengusap jenggot setiap pria secara acak .
Adam berhasil menemukan lebih dari 100 jenis bakteri dari jenggot termasuk salah satu yang sudah sering ditemukan di usus kecil. Namun, menurutnya bakteri tersebut bukan berasal dari kotoran, dan temuannya tersebut adalah normah dan tidak perlu dikhawatirkan.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR