Sebuah penelitian baru menjelaskan alasan mengapa begitu sulit mengubah pola perilaku. Penelitian oleh para ilmuwan dari Universitas Duke menunjukkan bahwa kebiasaan memberikan tanda abadi di sirkuit tertentu dalam otak.
Para peneliti melatih tikus untuk membentuk berbagai tingkat kebiasaan dengan memberi mereka gula, jika tikus menekan tuas. Tikus yang kecanduan terus menekan tuas, bahkan jika tanpa diberi gula.
Para ilmuwan kemudian membandingkan otak tikus yang kecanduan gula, dengan orang-orang yang tidak mengembangkan kebiasaan. Secara khusus, mereka melihat basal ganglia, "jaringan kompleks area otak yang mengontrol tindakan motorik dan perilaku kompulsif, termasuk kecanduan narkoba."
Basal ganglia, peneliti mengatakan, memancarkan dua jenis pesan yakni, pesan "pergi" yang memacu aksi dan sinyal "berhenti".
"Suatu hari, kita mungkin dapat menargetkan sirkuit ini pada manusia untuk membantu menghentikan kebiasaan buruk yang tidak kita inginkan," kata Nicole Calakos, peneliti senior studi ini, ia merupakan profesor neurologi dan neurobiologi di Pusat Pengobatan Universitas Duke.
Pada tikus yang kecanduan, peneliti mencari tahu sinyal “berhenti” atau “pergi” yang lebih aktif. Para peneliti mengatakan mereka mengharapkan sinyal berhenti menjadi kurang aktif di otak tikus pecandu. Untuk tikus non-kecanduan, sinyal berhenti hidup sebelum sinyal pergi. Hal ini justru terjadi sebaliknya pada kasus untuk tikus kecanduan.
Para peneliti mencatat bahwa perubahan dalam sirkuit terjadi selama seluruh wilayah ganglia ganglia diketahui sebagai lawan subset spesifik sel-sel otak. Perubahan yang "tahan lama dan jelas" dapat membedakan mana otak tikus yang kecanduan, dengan melihat potongan-potongan kecil dalam cawan petri.
Ini, peneliti mengatakan, mungkin alasan yang dapat menyebabkan orang lain kecanduan.
Para ilmuwan ingin melihat apakah mereka bisa mematahkan kebiasaan pada tikus, dengan hanya memberi mereka gula ketika mereka berhenti menekan tuas. Tikus yang terlepas dari kebiasaan ini memiliki "sel yang lemah."
Hal ini bisa membantu manusia meninggalkan kebiasaan buruk, tetapi karena basal ganglia sangat kompleks, akan sulit untuk menargetkan dengan obat-obatan.
Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Neuron.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR